Lihat ke Halaman Asli

Sri Maryati

Wiraswasta

Usaha Kedai Kopi oleh Anak Muda di Bandung Perlu Kolaborasi Kreatif

Diperbarui: 13 Agustus 2024   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Shutterstock via KOMPAS.com

Usaha kedai kopi di Kota Bandung dan sekitarnya jumlahnya melonjak. Yang menarik pelaku usaha tersebut banyak digeluti oleh anak muda, utamanya dari generasi Z dan milenial. Usaha ini menjadi katup penyelamat karena pada saat ini betapa sulitnya generasi muda mendapatkan lapangan kerja formal yang layak. 

Jumlah kedai kopi yang menjamur di perumahan dan sudut jalanan Kota Bandung perlu dibina dan diberikan insentif agar usahanya berkelanjutan. Perlu kolaborasi kreatif antar kedai kopi dan lingkungannya agar gaya hidup mengkonsumsi kopi lebih asyik.

Model pengelolaan usaha kedai kopi baik yang tradisional maupun yang disebut sebagai warkop milenial atau kekinian memiliki keunikan yang karakteristiknya hampir sama. Antara lain memberikan fasilitas koneksi internet secara gratis sebagai salah satu strategi menarik pengunjung, serta sajian musik yang digemari sebagian besar pengunjung, atau tambahan sarana untuk karaoke.

Dari segi penataan ruang antara kedai kopi tradisional dengan kedai milenial tentu berbeda. Kedai tradisional hanya mengandalkan seduhan kopi, dengan pendamping makanan tradisional, serta mie instan dengan ruang yang mampu menampung maksimal 5-10 pengunjung.

Sedangkan warkop milenial memiliki ruang cukup luas dengan bangku yang ditata selonggar mungkin, didesain dengan hiasan yang artistik, dan memiliki variasi menu makanan pendamping yang sudah dikembangkan. Bahkan menu-menu yang diadaptasi dari beberapa masakan luar negeri.

Warkop milenial juga memiliki fungsi bukan sekedar tempat mampir minum kopi dan nongkrong, tetapi juga digunakan sebagai tempat pertemuan, rapat, dan ulang tahun.

Di Kota Bandung sejarah tentang kedai kopi dapat ditelusuri dengan keberadaan penjualan biji kopi di Kopi Aroma yang eksis sejak tahun 1930 dimiliki oleh Tan Houw Sian dan penjualan kopi di Maison Bogerijen, kini Braga Permai yang eksis tahun 1918.

Selain itu, ada pula Het Snoephuis atau sumber Hidangan yang eksis tahun 1929 di Jalan Braga. Ada lagi Warung Kopi Purnama yang terkenal legendaris di Jalan Alkateri yang didirikan pada tahun 1930.

Kedai kopi yang menjamur saat ini memiliki cara penyajian yang bermacam-macam sesuai perkembangan zaman. Untuk sektor kuliner, di tahun 2022 Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung telah memberikan sertifikasi sebanyak 220 pada pelaku usaha kuliner di Kota Bandung khususnya pada usaha kuliner Industri Kecil Menengah (IKM).

Terkait dengan melonjaknya jumlah kedai kopi di Kota Bandung, pihak pemkot perlu memberikan insentif permodalan dan pembinaan usaha sesuai dengan perkembangan teknologi. Sehingga proses kreatif di kedai kopi bisa berjalan dengan baik. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung mencatat bisnis kedai kopi selalu bertambah dari tahun ke tahun dengan lokasi yang tersebar di seluruh kecamatan dan diprediksi akan terus tumbuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline