Es krim tradisional selalu melekat dihati kita karena banyak kenangan manis saat masih kanak-kanak hingga remaja. Produk es krim terus berkembang, ada yang bertahan lalu menjadi industri besar dan banyak pula usaha es krim tradisional yang semakin tersisih dan banyak yang mati.
Inovasi produk terus berlangsung, salah satunya adalah mengawinkan es krim dengan jamu tradisional sebagai top up. Bermacam jenis jamu seperti jamu beras kencur, asam kunyit, temulawak, dan lain-lain bisa disajikan bersama es krim. Jika kita cermati inovasi ini merupakan fenomena co-creation, yakni kolaborasi kreativitas antara usaha es krim dengan usaha jamu tradisional.
Dalam teori pengembangan ekonomi kreatif, bermacam portofolio usaha berbasis budaya memerlukan transformasi ke arah co-creation ( collaboration creation ). Istilah co-creation dikemukakan oleh C.K. Prahalad untuk menjelaskan cara baru dalam inovasi model bisnis. Metode baru itu menciptakan produk melalui kolaborasi perusahaan, konsumen, pemasok, dan mitra distribusi yang semuanya saling terhubung dalam sebuah jaringan inovasi.
Jika kita simak, Prahalad menekankan adanya tiga proses kunci dalam co-creation yang bisa diterapkan oleh usaha berbasis budaya. Pertama, perusahaan sebaiknya menciptakan sebuah platform produk yang bisa disesuaikan lebih lanjut oleh pihak lain. Kedua, memberi kesempatan kepada konsumen di dalam jaringan menyesuaikan platform agar sesuai dengan karakter atau identitas mereka. Ketiga, mewujudkan komunikasi umpan balik konsumen dan memperkaya platform dengan memadukan semua usaha yang telah dilakukan oleh jaringan konsumen.
Metode co-creation semakin penting karena portofolio industri makanan dan minuman serta pariwisata di masa mendatang semakin bersenyawa dengan industri kreatif, travel dan media sosial untuk penetrasi pasar. Tak bisa dipungkiri lagi media sosial telah mendorong ekosistem co-creation semakin mencapai tahap maturitas atau matang. Oleh sebab itu pentingnya kreator konten dan pemengaruh (influencer ) untuk mempopulerkan es krim jamu tradisional.
Aspek keunikan makanan tradisional mesti ditekankan, agar tidak terkooptasi oleh industri besar. Biasanya makanan tradisional diolah dari resep yang sudah dikenal masyarakat lokal dengan bahan-bahan yang juga diperoleh dari sumber lokal. Serta memiliki cita rasa yang relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat. Masyarakat masih terbayang salah satu cara Presiden Joko Widodo dalam menjaga kesehatannya. Yakni agar daya tahan tubuh dan stamina tetap baik adalah dengan minuman tradisional yang dalam pengertian khalayak disebut jamu.
Sebenarnya resep jamu Presiden Jokowi itu menggunakan bahan pangan lokal yang khasiatnya sangat baik untuk tubuh. Dalam konteks diatas Presiden sebenarnya telah melakukan kampanye yang sangat tepat terkait penggunaan pangan lokal dengan pengolahan yang bisa dilakukan oleh masyarakat luas. Langkah Presiden Jokowi sebenarnya juga mempromosikan salah satu Indigenous Knowledge bangsa Indonesia.
Science and Development Network di London telah mendefinisikan Indigenous Knowledge sebagai pengetahuan yang khas atau unik dalam suatu kebudayaan atau masyarakat tertentu . Presiden Jokowi telah menunjukkan inisiatif yang sangat jitu untuk mempromosikan dan mengelola indigenous knowledge. Hal itu bisa menjadi faktor pemberdaya bagi masyarakat desa dan UMKM.
Sudah waktunya indigenous Nusantara naik daun dan unjuk gigi. Salah satunya adalah mengawinkan es krim dengan minuman jamu. Berbagai macam aset tradisional mulai dari bahan makanan, obat-obatan, pemuliaan lingkungan, hingga metode untuk membuat suasana rumah lebih natural perlu digalakkan.
Saatnya indigenous di tanah air, antara lain sayuran dan buah indigenous yang tumbuh di berbagai daerah yang mempunyai kandungan zat flavonoid yang tinggi ( sebagai antioksidan ) seperti katuk, kenikir, kedondong cina dan lain-lain bisa lebih dikenal dan dipergunakan seoptimal mungkin untuk mendongkrak nilai tambah ekonomi masyarakat.