Bulan Ramadhan tak melulu soal warna putih saja. Batik modern juga bisa jadi pilihan gaya berbusana di Ramadhan 2024 karena memberi nuansa berbeda sekaligus merawat budaya bangsa. Lagi pula, batik dengan motif sederhana tetap akan terlihat calming jika dipakai sehari-hari di bulan Ramadhan.
Pedagang batik di berbagai daerah berharap kebanjiran pesanan. Aktivitas di bulan Ramadhan memang lebih afdal jika memakai bahan batik. Pakaian batik, sajadah batik, perabotan bercorak batik terasa sangat membumi dan memiliki greget budaya bangsa.
Sajadah batik saat ini juga sedang diminati masyarakat. Selain menggunakan kain batik tulis asli, sajadah ini juga dilengkapi dengan busa di bagian bawahnya. Sehingga saat digunakan untuk salat bisa menambah kenyamanan.Baiknya kualitas yang dimiliki sajadah batik ini membuatnya diburu warga di bulan Ramadhan kali ini.
Selama bulan Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri permintaan produk batik meningkat pesat. Sayangnya momentum ini terancam dan tergerus oleh serbuan batik impor yang jauh hari sudah menduduki pasar domestik.
Apalagi pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36 Tahun 2023 tentang kebijakan dan melonggarkan ketentuan impor. Salah satunya mengatur dan memudahkan impor tekstil dan produk tekstil batik dan motif batik untuk keperluan instansi atau lembaga kementerian atau untuk kepentingan umum.
Menanggapi aturan itu, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmadja mengkhawatirkan nasib para pengrajin batik yang mayoritas merupakan industri kecil menengah (IKM).
Perlu insentif bagi pengrajin batik, terutama batik tulis di sentra kerajinan batik yang ada di negeri ini. Agar entitas tersebut bisa meningkatkan produknya untuk menambah stok guna menghadapi lebaran tahun ini. Apalagi pada saat itu banyak wisatawan nusantara yang notabene adalah pemudik yang berkunjung ke sentra kerajinan batik tulis.
Para perajin saat memasuki bulan puasa sudah mulai meningkatkan produksinya untuk kepentingan stok menghadapi kunjungan wisatawan lebaran tahun ini. Namun begitu, volumenya kurang memadai bila dibandingkan dengan volume batik impor. Kondisinya semakin memprihatinkan karena volume produk batik selundupan dari luar negeri juga cukup signifikan.
Jangan ada asumsi bahwa batik Tiongkok bukanlah batik, melainkan kain bermotif batik. Asumsi itu bisa berakibat fatal. Pasalnya selain harganya murah, batik Tiongkok juga memiliki bermacam motif yang menarik dan desainnya terus berkembang.
Tak pelak lagi, batik Tiongkok telah menguasai sekitar 30 % pangsa pasar domestik. Dan diprediksi akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Ironisnya, pemerintah belum melakukan langkah yang berarti menghadapi kondisi diatas. Pentingnya pragmatisasi sistem usaha dan produksi batik lokal lewat berbagai inovasi dan perbaikan proses kreatif.