Lihat ke Halaman Asli

SRI MARYATI

Content writer

Menulis Tak Lagi Sekadar Hobi

Diperbarui: 19 Mei 2024   00:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pinterest Daery Studies

Dalam tulisan kali ini aku ingin menyampaikan bahwasannya artikel ini bersifat ringan, karena itu mungkin bahasanya seolah-olah kita sedang mengobrol. Untuk kalian yg suka membaca, semoga artikel ini bisa bermanfaat mengisi waktu luang kalian.

Kalau bicara tentang kata "Menulis" apa yg ada di dalam pikiran kalian?

Ada yg mengatakan hobby, belajar, keharusan, basic, dan buat nyari cuan kak hehe :D semuanya termasuk dalam kategori. Contohnya ada seseorang yg memang hobi menulis dari kecil misalnya menulis diary, menulis cerpen dan puisi bisa menjadi penulis dan podcaster terkenal seperti Tsana (ritik sedu).

Aku ingin sedikit bercerita tentang temanku yg hobi banget menulis dari SMP, apa karna berteman dengan dia juga ya, aku hobi menulis seperti sekarang. Padahal sebenarnya dulu saat masih sekolah aku malas banget yg namamya nulis. Paling suka olahraga, nge-gosip(candaa) pokoknya tipe anaknya hyperaktif gitu.

Oke lanjut kebahasan diawal, temanku yg hobi menulis itu awalnya hanya menulis di buku catatan sekolahnya, tak kusangka pada saat melihat buku itu banyak tulisan yg ia buat hasil gabut sepulang sekolah wkwk. Ada tulisan cerpen, cerbung, puisi, bahkan tulisan kata-kata mutiara gitu. Ketika membaca bukunya, aku yg malah exited buat bilang ke dia “Kenapa ga kamu pajang aja di Mading. Biar banyak yg baca. Tulisanmu bagus" jujur setelah membaca beberapa temanku itu, membuatku tertarik untuk membaca lagi dan lagi.

Nah dari situ aku bisa melihat temanku yg satu ini punya kompetensi dalam bidang menulis. Walaupun pada awalnya ia menolak, sebab ia menulis sekedar iseng untuk mengisi waktu luang. Ia tak yakin orang-orang akan menyukai tulisannya. Aku mencoba untuk meyakinkan dia kalau tulisannya layak dibaca oleh banyak orang. Setelah pertimbangan yg cukup, dia memperlihatkan tulisan pada adik serta sahabat terdekat, dan medapatkan respon positif.

Temanku akhirnya memberanikan diri untuk memajang tulisannya di mading sekolah. Ia tak menggunakan nama asli karena masih malu-malu. ia menggunakan nama pena khas seorang penulis.

Di awal memang tak banyak yg membaca, seperti kita tahu kebanyakan orang teralihkan oleh smartaphone. Meskipun begitu ada juga orang yg masih membaca mading dan meromantisasikan kehidupan di dunia nyata contohnya seperti aku dan juga banyak orang lain di luar sana. Satu persatu banyak yg baca dan tertarik. Bahkan katanya ada yg minta ke teman aku tulisan yg di mading untuk dibawa pulang atau minta dibuatkan untuk dia pajang di kamar.

Wow! Suatu pencapaian tak terduga dan luar biasa buat temanku. 

Mungkin terlihat biasa saja bagi kita tapi tidak dengan temanku. Hal tersebut jadi memotivasi dirinya untuk lebih rajin lagi menulis. Karena dari apresiasi pembacalah membuat sang penulis terus bersemangat dan menggenggam penanya untuk terus menggoreskan kata-kata yg akan menjadi sebuah kalimat indah, bermakna, dan pastinya bermanfaat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline