Lihat ke Halaman Asli

sri lestari

Guru/SMK N 1 Demak

Refleksi Filosofi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Diperbarui: 31 Mei 2022   03:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Salam Guru Penggerak !

Tergerak

Bergerak

Menggerakkan 

Ketika kita mendengar nama Ki Hadjar Dewantara pasti kita akan ingat tentang tanggal 2 Mei hari pendidikan nasional yang merupakan hari lahir beliau. 

Ki Hadjar Dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat pada 2 Mei 1889. Ia berasal dari lingkungan keluarga keraton, tepatnya pura Pakualaman, Yogyakarta. Ki. Hadjar Dewantara merupakan cucu dari Sri Paku Alam III, sedangkan ayahnya bernama K.P.H. Suryaningrat dan Ibundanya bernama Raden Ayu Sandiyah yang merupakan buyut dari Nyai Ageng Serang, seorang keturunan dari Sunan Kalijaga (Rahardjo, 2009). Raden Mas Suwardi Suryaningrat kemudian berganti nama di usianya yang ke 39 tahun, ia berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Lingkungan hidup pada masa Ki Hadjar Dewantara kecil sangat besar pengaruhnya terhadap jiwanya yang sangat peka terhadap kesenian dan nilai-nilai kultur maupun religious (Hariyadi, 1989). Setelah berganti nama dengan Ki Hadjar Dewantara dapat leluasa bergaul dengan rakyat kebanyakan. Sehingga dengan demikian perjuangannya menjadi lebih mudah diterima oleh rakyat pada masa itu (Darsiti, 1984). Ki Hadjar Dewantara (KHD) adalah salah seorang tokoh pendidikan nasional. Beliau mendirikan Perguruan Taman Siswa, untuk mendidik rakyat kecil supaya bisa mandiri. Beliau bercita-cita agar bangsa Indonesia pada masa mendatang memiliki kepribadian nasional dan sanggup membangun masyarakat baru yang bermanfaat bagi kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia.

Konsep dasar kependidikan Ki Hadjar Dewantara yang sekaligus sebagai prinsip kepemimpinan bangsa Indonesia adalah:

  • ing ngarso sung tuladha berarti guru sebagai pemimpin (pendidik) berdiri di depan dan harus mampu memberi teladan kepada anak didiknya.
  • Ing madya mangun karsa yang berarti bahwa seorang pemimpin (pendidik) berada di tengah harus mampu membangkitkan semangat anak didiknya.
  • Tut wuri handayani yang berarti bahwa seorang pemimpin (pendidik berada di belakang, mengikuti dan mengarahkan anak didik agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab

Hal-hal diatas adalah pengetahuan yang saya ketahui sebelum mempelajari modul 1.1. Setelah mempelajari modul 1.1. karya rafael (2022) ada beberapa hal baru yang saya peroleh diantaranya adalah  

  • 'kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu' tiada lain ialah segala kekuatan yang ada dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak itu karena kekuasaan kodrat. Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu.
  • Meskpun pendidikan itu hanya 'tuntunan' saja di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, tetapi perlu juga Pendidikan itu berhubungan dengan kodrat keadaan dan keadaannya setiap anak. Andaikata anak tidak baik dasarnya, tentu anak tersebut perlu mendapatkan tuntunan agar semakin baik budi pekertinya. Anak yang dasar jiwanya tidak baik dan juga tidak mendapat tuntunan pendidikan, tentu akan mudah menjadi orang jahat. Anak yang sudah baik dasarnya juga masih memerlukan tuntunan. 
  • Menurut ilmu pendidikan, hubungan antara dasar dan keadaan itu terdapat adanya 'konvergensi'. Artinya, keduanya saling mempengaruhi, hingga garis dasar dan garis keadaan itu selalu tarik-menarik dan akhirnya menjadi satu 
  • Menurut ilmu pendidikan, hubungan antara dasar dan keadaan itu terdapat adanya 'konvergensi'. Artinya, keduanya saling mempengaruhi, hingga garis dasar dan garis keadaan itu selalu tarik-menarik dan akhirnya menjadi satu 
  •  pendidikan itu 'mengukir' manusia, sementara manusia mempunyai hidup lahir dan batin, maka ilmu kemanusiaan itu ada dua macam, yaitu Ilmu Jiwa (psychologie) dan Ilmu Hidup Jasmani (fysionlogie)

Adapun proses pembelajaran di kelas yang meng "hamba" kepada siswa yang saya terapkan di kelas diantara lain adalah melaksanakan asesmen diagnostik baik kognitif maupun non kognitif, hal ini dilakukan agar mengetahui kemampuan awal peserta didik, sehingga dalam pelayanan pembelajaran di sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu sesuai level kognitifnya. Siswa dengan kekuatan-kekuatan yang sudah ada dalam diri mereka, kita sebagai pendidik menuntun mereka menemukan passion mereka. Menyisipkan budaya lokal Demak sebagai tuntunan karakter budi pekerti yang baik. Selain itu menciptakan suanana belajara yang menyenangkan sehingga anak merasakan merdeka belajar sesungguhnya. Kedekatan emosional harus dibangun anatara guru dan siswa, sehingga mereka mau terbuka mengenai hal-hal yang dialami, dan kita para guru lebih mudah mengarahkan mereka ke dalam hal yang positif.

Adapun yang perlu ditekankan disini adalah semua siswa punya potensi masing-masing untuk dapat berkembang, tidak bisa disama ratakan antara siswa satu dan yang lainnya. Tugas guru sebagai fasilitator, mendorong tumbuh kembang mereka sesuai potensi, kodrat alam dan kodrat zaman mereka. Mari bapak ibu guru hebat kita hantarkan anak didik kita  mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Demi indonesia maju !!!!

Salam Guru Penggerak !!!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline