Lihat ke Halaman Asli

Sri Lala Musaropah

Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi

Gua Bau

Diperbarui: 8 Maret 2024   20:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi PribadiInput sumber gambar

Mentari yang hadir menyinari bumi, memudarkan kawanan kabut hitam tebal yang menyelimuti sekaligus menyapa hamparan ladang -ladang padi yang mulai menguning. Angin ynag terasa sejuk terus menghampiri melihat pemandangan yang asri begitu sangat menyejukkan hati. Seperti itulah suasana pagi di sebuah desa yang bernama desa Kertayasa berada di kecamatan Cijulang , Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat.

Ternyata dari suasana alam ini belum sepenuhnya terungkap. Masih banyak lagi kekayaan alam di desa Kertayasa ini, yang sesungguhnya masih belum banyak orang yang mengetahuinya juga dari masyarakat luas.

Untuk sampai ke guha bau ini tentunya tak semudah dengan apa yang dibayangkan tetapi harus melewati rintangan juga perjalanan cukup panjang. Mulai dari melewati turunan tangga-tangga batu yang begitu curam, melewati pepohonan besar dengan akar jalanan terjal, melewati kontur tanah terjal juga berliku, sehingga harus berhadapan dengan hutan yang sangat lebat. Tak hanya sampai disitu perjalanan menuju guha bau ini, juga perjalanannya mengikuti aliran air sungai " Green Canyon", yang terus menemani dalam perjalanan menuju kesana. Diringi dari suara merdu kicauan burung deru serta kejrnihan aliran aiar sungai yang berwarna biru hampir kehijauan sampai turut mengantarkan sampai di sebuah gua yaitu Guha Bau.

Gua yang ukurannya raksasa orang sekitar menyebutnya dengan Guha Bau berdiri sangat kokoh, gagah, juga penuh dengan misteri. Yang kedalamannya kurang lebih mencapai seratus meter dari mulut sampai ujung gua, telah menjadi tempat tinggal yang sangat nyaman bagi puluhan ribu ekor kelelawar.

Guha bau di Desa Kertayasa yang berada di kecamatan Cijulang kabupaten Pangandaran Provinsi Jawa Barat ini telah menjadi habitat yang sangat alami. Di dalam guha bau itu puluhan ribu ekor kelelawar pemakan buah dan menjadi bahan baku utama pupuk guano. Guha bau ini menjadi salah satu situs gua yang ada di desa Kertayasa selain dijadikan sebagai titik point start body rafting, guha bau juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai tempat pengambilan bahan pupuk guano atau pupuk dari kotoran kelelawar.

Kotoran dari kelelawar ini sangat mengendap di tanah dan menutupi permukaan gua. Wujud kotoran kelelawar ini layaknya butiran-butiran tanah. Maka dari itu, aroma khas dari kotoran kelelawar inilah yang mendasari sebutan Guha Bau itu sendiri. Banyak yang melakukan penelitian di Guha bau ini untuk menemukan mutiara. Yang dimaksud dengan sebutan mutiara itu adalah kotoran dari kelelawar. Memang terdengar bagitu aneh dan mungkin tidak masuk akal, sebenarnya apa yang berharga dari kotorsn hewan kelelawar? Namun, fakta dan kenyataannya memang demikian. Kotoran hewan kelelawar ini dianggap sangat tidak berguna dan tidak ada manfaatnya kenyataannya itu sangat berpengaruh bagi masyarakat di Desa Kertayasa khususnya dalam sektor pertanian. Ini merupakan potensi besar yang terkandung dalam pupuk guano yang dihasilkan dari kotoran-kotoran hewan yang berada didalam gua bau ini. Dengan kandungan yang ada didalam pupuk guano itu, dapat meningkatkan produktivitas tanaman secara alami tanpa merusak lingkungan sekitar. Penduduk di Desa Kertayasa ini sudah banyak yang membuktikannya dengan pengolahan yang berasal dari kotoran kelelawar ini menjadi sebuah pupuk " guano" . Alhasil, penggunaan pupuk ini sangatlah bermanfaat dan dapat meningkatkan kualitas, kuantitas produksi padi yang berada di Desa Kertayasa ini khususnya.

Para warga di desa Kertayasaa ini mempunyai keinginan yang besar untuk bisa memanfaatkan potensi sangat berharga ini guna untuk mencapai tujuan ekologi dan ekonomis. Namun sangat di sayangkan, ini semua tidaklah mudah. Banyak kendala juga teknis yang menjadi krusial dalam megomptilmalkan potensi produksi pupuk guano di desa Kertayasa ini. Yang menjadi salah satu kendala ialah minimnya alat pengangkut yang dapat digunakan untuk mengangkat dan membawa kotoran-kotoran kelelawar dari dasar gua ke permukaan. Hal ini juga disebabkan dengan jarak yang sangat jauh dari jalan raya begitupun untuk mengangkut kotoran kelelawar dari dasar gua yang kurang lebih tingginya mencapai delapan puluh meter secara vertikal itu tidaklah mudah.

Alasan disebut Guha bau karena bau itu berasal dari kotoran-kotoran kelelawar yang ada didalam gua. Guha Bau ( dalam bahasa Sunda)  jika didalam bahasa indonesia artinya gua bau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline