Nama : Sri Julia Simon Mohamad
Nim : 131423062
Kelas : 2C
MK : Penulisan Karya Ilmiah
Dosen Pengampuh : Dr. Arifin Suking, S.Pd, M.Pd
Cara Mencegah Bunuh Diri: Strategi dan Upaya
Zaman sekarang bunuh diri dijadikan sebagi tren, tren bunuh diri merupakan pola atau kecenderungan angka bunuh diri yang dapat berubah dari waktu ke waktu dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Bunuh diri merujuk pada suatu tindakan dimana individu mengaut kehidupannya sendiri secara intentional dan langsung.
Penurunan kesehatan mental dan peningkatan insiden bunuh diri di kalangan anak muda adalah masalah yang semakin mendalam di perbincangkan. Apakah ini merupakan sekedar trend yang dapat berlalu atau apakah ada faktor-faktor lain yang memainkan peran dalam fenomena ini, seperti isu iman atau kurangnya dukungan kesehatan mental yang memadai?.
Berdasarkan data yang ada di Sumatera Barat, dalam satu bulan terakhir sudah ada setidaknya 6 remaja yang melakukan bunuh diri. Sedangkan kasus bunuh diri yang terjadi di Indonesia di tahun 2023 ini juga sangat meningkat. Berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (PUSIKNAS) Kepolisian RI (POLRI), ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang periode Januari hingga 18 Oktober 2023. Angka itu sudah melampaui kasus bunuh diri sepanjang tahun 2022 yang jumlahnya 900 kasus.
Dalam literatur psikologi-sosial, bunuh diri sangat terkait dengan tekanan-tekanan hidup. Ketika kondisi sosial kurang menyediakan ruang untuk menaruh kepedulian antar sesama maka seseorang akan mudah mengalami gangguan mental. Hal ini yang lantas memunculkan berbagai bentuk perasaan negatif seperti cemas, terasing dan depresi. Kendati demikian, kita juga tidak bisa begitu saja menyimpulkan bahwa orang yang mengalami gangguan mental memiliki kecenderungan bunuh diri.
Faktor yang dapat mempengaruhi kecenderungan bunuh diri antara lain faktor Risiko yaitu karakteristik individu baik yang bersifat biologis, psikologis maupun situasional yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk mengalami permasalahan perilaku dan kesehatan mental. Pada kasus bunuh diri, faktor resiko ini bisa berupa sakit berkepanjangan, pribadi yang tertutup, kemampuan regulasi emosi yang buruk, memiliki trauma tertentu, minim informasi seputar kesehatan, tidak punya keterampilan mengelola masalah, dan memiliki keluarga dengan riwayat ODGJ.
Faktor Lokus Budaya adalah segala sesuatu yang tidak berhubungan langsung dengan permasalahan yang dialami namun justru yang melatarbelakangi, mendasari dan memelihara faktor resiko individu, keluarga maupun komunitas untuk secara terus menerus mengalami permasalahan kesehatan mental. Pada kasus bunuh diri, faktor budaya ini mencakup kondisi geografis yang buruk, kemiskinan, dan mitos tertentu (contohnya Pulung Gantung di Gunungkidul).
Faktor Pemicu adalah segala sesuatu yang menjadi pemicu langsung permasalahan perilaku dan kesehatan mental terjadi. Pada kasus bunuh diri, faktor pemicu ini bisa berupa kambuhnya suatu penyakit seseorang, mengalami pelecehan, perilaku impulsive dan agresif, mengalami depresi, penggunaan narkoba, terjadinya konflik interpersonal (teman, pasangan, rekan kerja) atau konflik dalam rumah tangga.
Faktor Pelindung adalah segala hal yang dapat dikategorikan sebagai sumber kekuatan yang berasal dari individu, keluarga maupun komunitas dalam mencegah dan mengatasi suatu permasalahan kesehatan mental. Pada kasus bunuh diri, faktor pelindung bisa berupa tingginya tingkat religiositas seseorang, adanya kepedulian keluarga dan tetangga yang tinggi, atau terdapat program peningkatan kualitas hidup dari pemerintah.
Upaya pencegahan bunuh diri yaitu keterlibatan dalam jaringan sosial teman, keluarga, dan rekan kerja -- jaringan mendukung individu, memberi makna pada kehidupan, dan memberi individu sekelompok orang yang dapat mendeteksi dan menanggapi perilaku individu yang mengasingkan dan menarik diri. Selain itu mempunyai tujuan jangka panjang yang utama -- tujuan jangka panjang memungkinkan seseorang untuk melihat hambatan dan kerugian kecil dalam perspektif yang berbeda, memiliki hewan peliharaan, seperti anjing atau kucing -- hewan peliharaan membutuhkan kehadiran manusia untuk merawatnya, yang memberi individu alasan untuk hidup. Mereka juga memberikan cinta dan penerimaan tanpa syarat.
Mencegah bunuh diri membutuhkan strategi di semua lapisan masyarakat. Ini termasuk strategi pencegahan dan perlindungan bagi individu, keluarga, dan masyarakat. Setiap orang dapat membantu mencegah bunuh diri dengan mempelajari tanda-tanda peringatan, mempromosikan pencegahan dan ketahanan, serta komitmen terhadap perubahan sosial.
Suicide Prevention Resource for Action CDC menyoroti strategi berdasarkan bukti terbaik yang tersedia untuk membantu negara bagian dan komunitas mencegah bunuh diri. Strategi dan pendekatan yang sesuai diantaranya memperkuat dukungan ekonomi seperti memperkuat finansial rumah tangga, ciptakan lingkungan yang protektif dengan cara mengurangi akses ke sarana yang menjadi tempat bagi orang-orang yang berisiko bunuh diri, menciptakan kebijakan dan budaya organisasi yang sehat dan mengurangi penggunaan zat melalui kebijakan dan praktik berbasis komunitas, meningkatkan akses bagi untuk perawatan bagi korban percobaan bunuh diri, mempromosikan koneksi yang sehat baik dengan anggota maupun lingkungan, mengajarkan keterampilan dalam memecahkan masalah, melakukan skrinning dan mendukung para orang yang berisiko dalam melakukan bunuh diri.
REFERENSI
"Artikel Terbaru." 2023. Ganto.Co. October 28. https://www.ganto.co/artikel/997/bunuh-diri-pada-anak-muda-apakah-trend-isu-iman-atau-masalah-kesehatan-mental.html.
Aulia, N., Yulastri, Y., & Sasmita, H. (2019). Analisis Hubungan Faktor Risiko Bunuh Diri dengan Ide Bunuh Diri pada Remaja. Jurnal Keperawatan, 11(4), 307-314.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H