Lihat ke Halaman Asli

Srijembarrahayu

Mencintai Indonesia sepenuh hati

Akhir Tahun Pegipegi Yuk, Jelajahi Bukit Pulisan!

Diperbarui: 11 November 2018   12:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto dokumen pribadi

Aroma butter menguar sepanjang hari, menyampaikan wewangian yang manis. Kidung natal mengalun seirama angin, di mana saja sesuka hati. Dari rumah tetangga, oto yang melintas, super market di pusat kota, atau mikro yang ngetem di Pasar 45. Nadanya sebentar kalem mendayu bikin hati syahdu, lain waktu rancak membahana membuat jiwa berontak minta liburan. Ah, ya, tak usah heran bila suatu waktu kau menetap di Manado. Memasuki bulan berakhiran -ber, suasana-suasana magis semacam ini akan merasuki inderamu. Demikianlah euforia menyambut natal di land of smiling people. Sementara bagi keluargaku, momen ini mengingatkan libur akhir tahun segera tiba.

Cukup tahun lalu saja, keluarga kami menghabiskan natal hingga libur tahun baru di tanah rantau. Meski demikian, asal bersama orang terdekat, mereka yang tersayang, libur di mana saja tetap seru. Apalagi Manado dan sekitarnya memiliki banyak tempat wisata yang memesona. Masih alami dan belum banyak terekspos. Seperti jelajah Bukit Pulisan, keindahan wisata Indonesia di ujung Sulawesi Utara.

Bentang alam bukit Pulisan, foto dokumen pribadi

Adalah gugusan bukit dengan hamparan padang rumput. Gradiasi hijau yang menyegarkan. Dari tempat terakhir menitipkan kendaraan, dibutuhkan sepuluh menit menaklukkan tanjakan dengan kemiringan ekstrim. Hingga akhirnya, bersimbah peluh kami duduk simpuh di dekat salib putih yang tertancap sendu di Puncak kanan. Meski sang surya terik melegamkan kulit, namun dari puncak bukit Pulisan ini, maha indah lukisan Pencipta. Sejauh mata memandang lautan teduh berpagar pulau-pulau dalam siluet biru. Di bawah sana, pasir putih berbaur dengan pendar tosca. Lazuardi langit utara memantul dari air sejernih kristal. Indonesiaku yang elok.

Salib berwarna putih di puncak bukit Pulisan, foto dokumen pribadi

Kami, keluarga Suwanto sama sekali tidak berencana datang ke bukit Pulisan. Kala itu hanya ingin menjelajahi pantai seputaran Casabaio. Hotel tempat kami menghibur diri dari rasa rindu libur mudik. Sebenarnya bukit Pulisan adalah nama yang kusematkan merujuk pada lokasi dengan keindahan yang menenangkan itu. Letaknya secara administratif berada di Desa Pulisan, Likupang Timur, Minahasa Utara.

foto dokumen pribadi

Kebun cabe di bukit Pulisan, foto dokumen pribadi

Dari jalan lintas Minahasa, pemandangan hijau di perbukitan Pulisan terlihat kontras. Meski awalnya sangsi, entah nekat level berapa yang kemudian merasuki, kami bisa membawa mobil hingga lereng bukit. Menyeberangi parit dan menanjak di jalan tanah yang terjal. Di sana, di tengah pusaran hijau dan ranumnya merah cabe tinggal satu keluarga. Harmonis di satu-satunya pondok bambu. Romantis.

Puncak bukit Pulisan laksana stepa, hamparan rumput hidup merdeka tanpa pohon peneduh. Sabua sederhana menjadi naungan untuk kami mengaso. Tempat yang pas buat sembunyi dari sengat mentari. Sabua adalah saung dalam bahasa Minahasa.

dsc-0723-5be7c0d9aeebe11920440183.jpg

Bukit Pulisan yang kami naiki ini menjorok ke lautan. Serupa tanjung yang tidak terlalu luas namun memanjang. Tebingnya adalah jurang curam berbatasan dengan laut biru. Dua lerengnya, kiri dan kanan dibelah jalan setapak. Satu menurun mengarah ke hutan kecil di pinggir pantai. Sementara lainnya menanjak ke puncak bukit di sebelahnya.

Pemandangan pasir putih, selanjutnya menjadi bagian dari jelajah bukit Pulisan. Kami menuruni lereng bukit dengan tanah padat mengeras. Curam dan licin. Maka pastikan memakai alas kaki yang aman dan nyaman untuk medan seperti ini. Kami berpapasan dengan pemuda lokal. “Ada gua di pantai bawah, Bu. Tapi jalannya curam. Orang-orang biasanya datang berperahu dari Pantai Pulisan.”

foto dokumen pribadi

Hutan kecil di pinggir pantai memiliki pepohonan yang menjulang tinggi. Daun-daunnya lebat menghalau cahaya matahari. Hutan ini redup dan lembab. Tanahnya berupa perpaduan pasir pantai, humus dan bebatuan karang. 20 menit dari atas, barulah kami tiba di sebuah pantai tersembunyi. Pantai berupa ceruk dengan batu-batu hitam besar. Konon, disanalah gua pantai berada. Ternyata pantai dengan pasir putih masih disebelahnya lagi. Hari itu kami mengelilingi satu tanjung lagi agar tiba di pantai dengan pasir putih. Melompat-lompat di batu hitam yang ditinggalkan surut air laut. Benar-benar jelajah yang menyenangkan!


Salib, pondok bambu, jalan setapak, menandakan Bukit Pulisan sebenarnya sudah cukup terjamah manusia. Hanya saja bukit ini belum dikelola sebagai objek wisata, meski keindahannya sekelas destinasi wisata populer. Tak ada biaya tiket wisata. Kami hanya memberikan seikhlasnya sebagai ucapan terima kasih pada pemilik pondok.

foto dokumen pribadi

Karena bukan tempat wisata resmi, belum ada fasilitas bagi mereka yang ingin mengunjunginya. Jadi, bawalah perlengkapan sendiri seperti makanan dan air minum yang cukup. Bawa baju renang, handuk dan baju ganti. Bermain di pantai, di bawah bukit, juga menyenangkan. Jangan lupa, sepulang dari menjelajah bawa kembali sampahmu! Bila kita tak bisa ikut menjaga kebersihan alam maka mari jangan mengotori.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline