Lihat ke Halaman Asli

Mendefinisikan Bodoh

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebagian orang mungkin terlalu mudah untuk mengeluarkan kata bodoh atau melabelkan "bodoh" terhadap seseorang. Bahkan saat bercanda pun sering terdengar kata tersebut.  Apa sih itu bodoh?  Bodoh karena tidak bisa melakukan seperti apa yang di intruksikan kepada individu terlabel bodoh ini? Apa karena mereka selalu berada pada rangking terendah dalam suatu kelompok? Atau nilainya selalu jelek? Ataukah anak "nakal"?

Sudah saatnya kita beralih dari pemikiran "You!" , pemikiran asal tunjuk. Kamu ini lah, kamu itu apa lah dsb. Saatnya memikirkan, "Why". Memikirkan alasan suatu perbuatan, kenapa seperti ini? Apa penyebabnya dan apa yang harus dilakukan?

Setiap anak berbeda - beda dan memiliki keunikan sendiri. Jika seorang anak yang selalu mendapatkan nilai yang jelek dan selalu tertinggal dari teman-temannya, tidak ada istilah bodoh untuk mereka. Hal pertama yang guru lakukan adalah mencari jawaban atas tindakan ini. Kenapa anak ini seperti ini. Dengan menemukan alasan, tidak ada alasan yang bodoh pastinya. Bahkan jika jawabannya adalah ternyata dia terbukti mempunyai skor intelektual dibawah rata-rata. Mereka tetap anak yang sama dengan anak lainnya. Yang ingin menjadikan dirinya anak-anak seperti anak-anak yang seharusnya. Dari berbagai pengalam saya ke sekolah umum maupun sekolah-sekolah khusus. Tidak ada yang bisa dikatakan bodoh. Mereka cerdas, mereka punya jalan masing-masing.  Setiap mereka bisa menyelesaikan persoalan dengan cara mereka sendiri. Seorang anak dengan intelektual dibawah rata-rata , meyelesaikan sebuah soal yang membutuhkan waktu lebih lama dan bahkan hasil pekerjaannya tidak sesuai dengan hasil yang memang biasanya diputuskan, itu adalah cara nya dia melakukan pekerjaanya. Sama halnya dengan anak yang mempunyai intelektual rata-rata, mereka juga melakukan pekerjaanya dengan cara nya sendiri.  Nah cara mereka menyelesaikan persoalan mereka lah yang berbeda-beda. Ada yang cepat, lambat dan mungkin berulang.

Hanya caranya saja yang berbeda, dan mereka semua itu harus di fasilitasi oleh orang tua dan guru. Dalam menfasilitasi mereka , seorang guru dan orang tua juga harus mempunyai cara yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan mereka.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline