Timnas Indonesia U17 lolos ke final Piala Asia U17, apakah Anda Bangga?
Melihat pertandingan semalam antara Timnas Indonesia U17 melawan Timnas Australia di babak kualifikasi piala Asia 2025, rasa rasanya saya ingin mengamuk tapi takut darah tinggi kumat, ingin tertawa namun takut dosa.
Bayangkan saja, sejak menit 70 hingga 90 bola dikuasai kesebelasan Australia. Bukannya menyerang tetapi mereka saling oper sesama pemain, ganti gantian lagi! Praktis selama 20 menit tidak terlihat sama sekali seni permainan sepakbola menyerang dan bertahan.
Penonton pastinya hanya bisa melongo, ngedumel tanpa bisa berbuat apa apa. Suporter Indonesia yang datang ke stadion terdengar bersorak Huuu.... tanda kecewa.
Apa mau di kata, permainan tetap berlangsung seperti itu. Tidak ada niat timnas Australia menyerang, pun tidak ada pemain Indonesia ingin merebut bola. Alhasil skor tetap 0-0 hingga pertandingan berakhir.
Garuda muda lolos ke final Piala Asia Tahun 2025 namun rasanya kok ampang. Itu istilah para perokok yang rokok yang diisapnya tidak berasa alih alih mendapat kenikmatan. Saya tidak merasakan kegembiraan sama sekali. Saya yakin buanyaaak penonton lain juga merasakan hal yang sama.
Silahkan membaca atau menonton komentar para netizen dan youtuber. Kata katanya hampir sama; kecewa malu, lucu, jengkel.
Yang berkata puas hanya pelatih timnas U17 Nova Arianto dan pengurus PSSI Arya Sinulingga. Target PSSI sudah terpenuhi!
Seumur umur nonton pertandingan sepakbola ribuan kali, baru kali ini saya lihat strategi seperti itu. Se-gajah gajahnya sepakbola dimainkan, rasanya ya tidak sekebangetan itu. Apa Pelatih kedua tim tidak ada rasa malu dan sungkan kepada penonton ya? Tidak menyerang dan tidak ada gol menjadi sebuah keberhasilan.
Jose Mourinho, pelatih sensasional yang menerapkan strategi pragmatis 'Yang Penting Hasil', tidak pernah menginstruksikan timnya untuk tidak menciptakan gol. Instruksi Maurinho; unggul harus diusahakan lalu bikin strategi parkir bus agar lawan tidak menciptakan gol balasan.