Agar mendapat view banyak, sengaja judulnya pedas kaya cabe rawit namun rasa sebenarnya cuma sambal sasetan.
Dua suhu kompasianer 'berseteru' via tulisan. Yang satu ahli dibidang perpuisian, atunya lagi mengaku penyair jadi jadian. K-rewardlah yang jadi biangnya.
Untungnya mereka tidak berbalas puisi. Jika demikian, pusinglah kepala barbie yang tak ngerti kata kata berbunga ala pujangga.
Ngomong Krewod itu sensitif. Salah pegang (baca: komentar) diomeli, pegang yang bener dianggap mata duitan. Makanya banyak yang hati hati saat memberi komen.
Ada yang dibalut canda tetapi sebenarnya merana. Eh, ada Kompasianer yang trauma karena merasakan pedih, perih, sedih dan ngilu. Komplikasi perasaan yang begini ini bagaimana cara menyembuhkannya?
Krewod berarti duit. Walaupun bentuknya tak kasat, tapi nominalnya memanjakan mata bagi penerima di deretan paling atas.
Kreword adalah balas jasa atas tulisan yang banyak mendapat UniqeViews (UV) menurut Google Analitic. Nah UV gimana cara ngitungnya, Admin K dari dulu gak bisa menjelaskannya. 'Rahasia Google" Alasannya.
'Perseteruan' dua Kompasianer senior itu begini.
Kners yang satu mengunggah tulisan bahwa sistem Kreword sekarang gak adil. Beliau tidak bisa melihat dan menghitung berapa banyak UV yang didapatnya. Jumlah pembaca yang digambarkan lewat simbol mata di sebuah artikel tidak mewakili jumlah view sebenarnya.
"Hapus saja", pemenang salah satu penghargaan Kompasianer of the year itu lumayan berang. Penulis pemenang penghargaan saja emosi, jadilah saya ikut emosi.