Menjadi anak magang tak harus jadi pesuruh pasif tanpa daya. Kita bisa berlaku cerdas untuk mendapat keinginan dan kebutuhan saat magang.
Saya pernah 2 kali melakukan magang di tempat dan waktu berbeda.
Magang pertama saat memenuhi tugas akhir kuliah di tahun 1993. Saya diwajibkan melakukan magang selama 2 bulan.
Atas rekomendasi seorang teman, saya mendapat tempat magang di tempat kerjanya yaitu sebuah perusahaan nasional transportasi truk di Semarang.
Posisi magang saya sebagai sekretaris untuk direktur sesuai dengan jurusan kuliah. Teman yang memberi rekomendasi mempunyai jabatan sebagai sekretaris untuk pemilik perusahaan yang sekaligus Direktur Utamanya.
Setiap hari tugas pokok yang diberikan adalah memeriksa data armada truk. Menghitung jumlah yang sedang beroperasi beserta muatan dan awaknya, posisi saat itu dan alamat yang dituju.
Setelah tugas utama selesai, saya berurusan dengan surat menyurat dan filing data kantor. Tak butuh waktu lama bagi saya untuk menyesuaikan diri dengan tugas tugas tersebut.
Selain ketrampilan yang sudah dikuasai dari perkuliaham, saya juga sudah berpengalaman kerja sebelumnya yaitu sebagai asisten rumah tangga (ART) dan kondektur bus!
Aneh, apa hubungan antara ART, kondektur bus dan Sekretaris?
Ternyata lewat pengalaman beda 'alam' itu membuat saya tak canggung dalam bekerja dan bersosialisasi dengan staff lain. Sehingga ketika saya menganggur karena tugas utama sudah selesai, saya minta tugas lagi ke staff lain walaupun beda divisi. Saya memang tidak suka leha leha jika sudah dikantor.