Edit
Ketua RT yang saya takuti bukan berarti orangnya menakutkan, tetapi maksudnya saya takut dipilih menjadi Ketua RT.
Buat saya menjadi Ketua RT itu menakutkan.
Bayangkan semua hal yang berhubungan dengan warga harus diurusi. Mulai dari cekcok keluarga, cekcok antar warga, cekcok dengan Ketua RT lain gara gara rebutan lahan, cekcok dengan Pak RW karena gak kebagian program dan yang lebih mengerikan adalah cekcok dengan istri sendiri karena merasa tidak pernah diurusi.
Tak jarang Ketua RT juga harus berhadapan dengan preman yang mengusik wilayahnya.
Saya pernah melihat seorang ketua RT di sebuah Kampung di Surabaya yang sedang ribut dengan beberapa preman yang mencoba merebut lahan parkir warga kampung.
Sempat hampir terjadi kekerasan, namun akhirnya para preman kabur karena dikepung warga yang terus berdatangan.
Saya tidak cukup punya nyali dan bodi untuk berantem. Wong berantem dengan istri saja tak berani apalagi berantem dengan preman.
Saya juga takut terpilih menjadi Ketua RT karena sering diminta memberi sambutan.
Jika ada warga hajatan atau kedukaan, sering Ketua RT diminta mewakili keluarga mengucapkan sepatah dua patah kata. Formalitas adalah sebuah momen yang saya hindari. Saya tak pandai berkata kata dan bersikap formal.