Jika ditanya, "Mengapa kamu tidak merokok? "
Saya biasanya menjawab, "Gak tahu, kebiasaan saja".
Saya memang belum pernah merokok, bahkan satu isapan pun. Sering orang orang juga heran dan tidak percaya.
Bapak saya perokok, lingkungan saya kebanyakan perokok. Teman teman sekolah maupun teman yang lain banyak juga yang merokok. Tetapi anehnya saya tidak suka merokok walaupun bukan orang yang anti rokok.
Dulu saya sering disuruh Bapak membeli rokok merk Filtra. Baunya harum sehingga saya suka menciumnya. Tetapi saya belum pernah mencoba merokoknya.
Sewaktu masih kelas 1 SMP, setiap hari kami bermain karambol di salah satu rumah tetangga. Di sana banyak anak muda berkumpul. Ada yang main karambol ada juga yang santai santai ngobrol.
Di rumah itu selalu tersedia tembakau, cengkeh kertas rokok sekaligus korek apinya. Dana untuk membeli kadang disediakan tuan rumah, kadang juga hasil saweran bersama. Silakan saja siapapun yang mau merokok.
Saat itulah anak anak remaja seumuran saya mulai belajar merokok. Mula mula belajar melinting dulu, lama lama mencoba satu isap dua isap dan terus ketagihan.
Bagi teman teman yang baru pertama kali mencoba, seringnya mereka batuk batuk lebih dahulu. Ada yang biasa saja, banyak pula yang batuknya sampai parah. Ototnya terlihat menonjol di leher. Wajahnya terlihat merah sampai mengeluarkan air mata. Saya tidak mau seperti itu, kelihatannya tersiksa sekali.
Namun, mereka tidak kapok, apalagi kemudian dipanas panasi oleh teman teman kami yang lebih tua. Katanya jangan jadi penakut, jangan kayak banci. Padahal banci banci itu kan sebagian besar malahan perokok.