Jingga, semburat indah lembayungmu
Teduh nan merayu sendu warnamu
Entah mengapa,
Aku slalu tenggelam dalam rona bersahajamu memendar surya
Aku pun sadar telah lama tersesat dalam magis mozaikmu yang mempesona
Kau celah pertamaku memasuki lorong gelap kesepian yang tak berujung
Kau jurang paling terjal dimana ku terjatuh di lembah rindu yang tak bertepi
Kau samudera yang ku datangi,
saat lelah kehausan dirundung teriknya padang gersang
Kau pula, embun pagi yang ku harap bertahan
meski aku slalu bangun dari tidur kala mentari telah membakar hari
Selalu engkau... semua tentangmu
Tak peduli kelak kau hanya hadirkan gelap
Tak dirasa walau pekat sajianmu begitu dingin,
jahat membekukan tulang
Tak terdengar jua ocehan dibenak palung suci jiwa terdalam
Apatah logika meski sanubari bergumam bertanya heran
Mengapa aku terus berkisah senja,
Padahal sang fajar dihadapan telah sedia
Dia, yang menebar asa tawarkan pagi terang cahaya
Dia, yang siaga temani semesta menyongsong hari cerah ceria
Aduhai apa gerangan sebabnya??!
Mengapa rela kagum sekejap lalu terhina binasa didera gulita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H