Matahari bersembunyi dibalik awan hitam, angin sepoi menghempas rambut Rinjani yang panjang tergerai. Dengan pakaian rapi dan modis Rinjani duduk di kursi, tepatnya di sudut halaman depan rumahnya. Tampak sedang menunggu sesuatu.
Sesekali dia berdiri dan melihat jam di pergelangan tangannya, lalu duduk kembali.
Setelah beberapa menit kemudian datang sosok pria tampan, dengan kaos oblong warna biru rapi, walau berpakaian sederhana tidak mengurangi ketampanannya. Dengan di antar om GO-JEK , kemudian pria itupun turun dari motor GO-JEK.
Pria itu kemudian menghampiri Rinjani sambil tersenyum manis, Rinjani pun membalas senyumannya.
Dio, adalah kekasihnya, anak saudara sepupu dari suami bibi ( adik ibunya) yang selama ini tak ada restu dari Hartanto, ayahnya.
Karena Dio hanya seorang karyawan toko, hidupnya sederhana dan dari keluarga yang cukup sederhana di bandingkan keluarga Rinjani yang hidup berkecukupan dan mewah, Hartanto tidak menginginkan puterinya hidup kekurangan, seperti bibinya yang terlanjur cinta dan menikah dengan sepupunya Dio dan kini hidup kekurangan.
Baru saja Dio dipersilahkan duduk, tiba-tiba terdengar suara keras dari dalam rumah Rinjani seolah membentak dan memaki - maki pria tadi, Dio.
" Rinjani, masuklah sudah berkali-kali ayah katakan tak usah lagi kau bertemu dan berteman dengannya! Sambil berdiri di depan pintu rumahnya dengan wajah seram, mata melotot tajam dan kumisnya yang baplang. Selalu selektif semua teman pria yang mendekati Rinjani kalau tidak sesuai dengan ekspektasi maka tak segan - segan langsung di usirnya.
Rinjani pun tertunduk malu, wajah yang tadinya berseri indah kini berubah menjadi muram, sedih terlihat butiran air matanya jatuh perlahan seakan sesak di dadanya menahan rasa yang mengekang selama ini.
Makin kuat dan keras terdengar suara Hartanto " Rinjani!! Masuklah jangan kau layani temanmu itu yang tak tahu diri"