PR atau Pekerjaan Rumah adalah tugas yang lazim diberikan seorang guru kepada muridnya untuk dikerjakan di rumah. Guru, ketika memberikan sebuah PR tentulah memiliki tujuan tertentu. Ada yang memiliki tujuan untuk pengayaan pengetahuan siswa, ada yang memiliki tujuan menghabiskan materi pelajaran dan berniat menuntaskan target materi, bahkan ada yang memiliki tujuan agar si anak memiliki kesibukan ketika berada di rumah.
Akan tetapi, saat ini hampir 50% lebih, para siswa mengambil les tambahan belajar di luar sekolah. Ada yang mengambil bimbingan belajar di lembaga yang sudah kredibel, ada juga yang mengambil tambahan belajar di guru secara perorangan (bukan lembaga pendidikan). Banyak sekolah memberikan lembar kerja kepada siswa-siswanya untuk bahan latihan di rumah. Hal ini tentu bisa menambah wawasan siswa dan bisa digunakan sebagai bahan latihan.
Beberapa tempat les ada yang "nakal" dan hanya mengerjakan lembar kerja yang disediakan dan tidak memiliki materi khusus bagi para siswanya. Tempat les yang seperti ini, yang sering kali hanya membantu mengerjakan PR para siswa.
Sebagai seorang pendidik, saya sering mendapat aduan juga masukan dari para wali murid. Beberapa aduan tersebut bisa saya rangkum sebagai berikut:
-Pernah suatu hari putrinya mendapatkan PR sebanyak lebih dari 5 lembar, padahal sianak tersebut bersekolah di sebuah full day school. Seringkali, ketika si anak sudah tak berdaya untuk melanjutkan belajarnya, ayahnya yang melanjutkan mengerjakan PRnya, karena biasanya, bila PR tersebut belum selesai dikerjakan, si anak akan mogok sekolah, karena takut mendapat hukuman dari gurunya.
Apabila begini keadaannya, apa fungsi dari pemberian PR? oke, katakanlah, materi tersampaikan, akan tetapi bagaimana dengan ketuntasan belajarnya, apabila yang mengerjakan adalah orang tua atau bahkan guru lesnya? Tidak ada gunanya bukan?
-Ada wali murid yang datang kerumah, karena putrinya mendapatkan PR yang belum dijelaskan gurunya di kelas. Akhirnya, sianak, yang belum bisa mengerjakan PRnya menangis dan minta tolong ibunya untuk membantu mengerjakan.
Apabila orang tuanya adalah seorang yang memiliki Pendidikan cukup tinggi tidak akan menjadi masalah, lantas bagaimana apabila orang tuanya adalah seorang yang tidak berpendidikan? Jangankan untuk membantu mengerjakan PR, membaca saja banyak yang tidak mampu, terutama yang tinggal dipelosok desa, yang umumnya adalah pekerja kasar. Bukankah pemberian PR hanya akan membebani siswa beserta orang tuanya?
-Ada juga yang mengadu, tugas-tugas yang diberikan tidak pernah diberi apresiasi oleh guru, bahkan di koreksi saja tidak. Nah, bagaimana kita bisa mengetahui, si siswa sudah menguasai materi yang kita berikan atau belum, apabila tidak pernah dikoreksi atau diberi nilai.
Sebagai wali murid, saya punya pengalaman juga terkait PR yang diberikan guru kepada anak saya. Saat itu masih dalam situasi pandemic covid 19. Pembelajaran masih diberikan secara daring, sehingga tidak bisa dipungkiri, pembelajaran tidak bisa sejelas dan segamblang dibanding pembelajaran secara luring.