Masih jelas diingatan kita, sebuah tragedi yang terjadi pada Sandra (41), seorang ibu rumah tangga di kabupaten Berau, Kalimantan Timur, yang meninggal dunia saat antre minyak goreng didepan gerai sebuah mini market yang terjadi pada hari sabtu tanggal 12 maret 2022. (sumber: https://www.cnnindonesia.com/).
Kejadian tersebut menjadi sebuah tamparan keras atas kondisi yang terjadi di negeri kita yang terkenal gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja. Bahkan dalam sebuah lagu lama" tongkat kayu dan batu jadi tanaman".
Indonesia adalah sebuah negeri yang sangat subur serta kaya akan kekayaan alam. Apapun jenis tanaman bisa ditumbuh di negeri ini. Karena negara agraris, maka Indonesia sangat kaya akan bahan makanan. Selain itu, berbagai bahan tambang serta mineral juga banyak tersedia di negeri kita.
Ironis sekali memang, seperti sebuah peribahasa "ayam mati dilumbung padi". Gambaran sebuah kondisi sulit ditengah -tengah kemakmuran negeri.
Kelapa sawit yang merupakan salah satu bahan dasar untuk minyak goreng juga ada banyak di Indonesia.
Sebuah data yang ditulis dalam https://databoks.katadata.co.id/ menyatakan bahwa luas perkebunan sawit di Indonesia tercatat seluas 15,08 juta ha pada tahun 2021. Areal perkebunan sawit tersebut menyebar ke 26 provinsi di Indonesia dan provinsi Riau memiliki area perkebunan terluas dengan 2,89 juta ha atau 19,16% dari total areal perkebunan sawit di Indonesia.
Kelangkaan minyak goreng yang terjadi akhir-akhir ini menimbulkan berbagai prasangka negatif, baik kepada seseorang maupun perusahaan yang dengan sengaja menimbun demi mengeruk keuntungan untuk pribadi maupun golongannya. Bagaimana mungkin hal itu terjadi, padahal Indonesia memiliki perkebunan sawit yang sangat luas, tetapi Indonesia kekurangan stok minyak goreng.
Ketika HET (Harga Ecer Tertinggi) minyak goreng dipatok di harga Rp 14.000,- per liter, kita ketahui bahwa stok minyak goreng dibeberapa toko (swalayan modern) selalu kosong. Masyarakat rela berduyun-duyun mengantri demi dua liter minyak goreng. Minyak goreng saat itu bisa dikatakan benar-benar "langka".
Dan apa yang terjadi sekarang, setelah HET Minyak goreng dicabut? Kita lihat saat ini stok minyak goreng tersedia melimpah disemua toko serta swalayan, tetapi dengan harga yang cukup fantastis karena melambung tinggi. Kalau sebelumnya, perpack (2 liter) hanya seharga Rp 28.000,- saat ini dengan merk sama, harga minyak goreng tembus diharga Rp 53.000,00 per dua liter. Artinya, harga minyak goreng adalah diatas RP 25.000,00 per liter.
Sebagai masyarakat, seharusnya kita harus bisa lebih cerdas untuk tidak terlalu bergantung terhadap penggunaan minyak goreng. Masih banyak alternatif yang bisa kita pakai, disamping memasak barang dengan cara menggoreng.