Lihat ke Halaman Asli

Sri Endah Mufidah

Guru PAI di Pemkab Blitar

Berbelanja Online tetapi Tetap Peduli Lingkungan? Itu Harus

Diperbarui: 22 Maret 2022   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://asset.kompas.com/

Pandemi covid 19 mempengaruhi perilaku dan pola hidup masyarakat dalam berbagai sektor. Salah satunya adalah kebiasaan baru  untuk berbelanja secara online. Bagaimana tidak, dengan berbagai kemudahan yang bakal diterima, barang yang diimpikan dan diidamkan akan dengan mudah didapat.

Sebelum maraknya marketplace online, sebenarnya kita sudah terbiasa melakukan aktifitas belanja offline dengan cara mendatangi beberapa toko untuk membeli barang yang kita butuhkan. 

Tetapi semenjak banyak marketplace yang menawarkan produk lewat dunia online dan banyak yang berlalu lalang diberanda setiap kali membuka beberapa aplikasi, bahkan saat harus browsing sesuatu, telah merubah pola pikir masyarakat untuk memanfaatkan berbagai kemudahan yang ada.

Alasan banyak orang lebih memilih berbelanja online antara lain adalah:

  • Kemudahan yang ditawarkan. Dengan cukup sekali klik menggunakan telepon pintar, berarti kita sudah melakukan transaksi. Dan setelah selesai melakukana proses pembayaran, tinggal menunggu barang yang kita pesan akan sampai didepan kita.
  • Lebih hemat tenaga. Kita tidak perlu berkeliling mencari toko yang menjual barang yang kita inginkan, karena di marketplace online sudah banyak toko yang menyediakan barang yang dimaksud lengkap dengan daftar harganya.
  • Tidak perlu menawar harga. Tinggal pilih toko yang menawarkan harga termurah saja yang diambil.
  • Hemat biaya transportasi. Hemat transportasi berarti juga hemat biaya.

Berdasar laporan "Navigating Indonesia's E-Commerce: Omnichannel as the Future of Retail", 74,5 persen konsumen lebih banyak berbelanja online daripada berbelanja offline. Konsumen yang berbelanja online meningkat dari  11 persen sebelum pandemi  menjadi 25,5 persen di awal tahun 2021.

Konsumen bebas dengan mudah melihat dan mencari tahu berbagai detail produk serta belanja  mulai alat elektronik, alat transportasi, fashion, aksesoris, kebutuhan rumah tangga, makanan, minuman, perhiasan, meubelair, pernik-pernik dan sebagainya.

Ketika berbelanja online, terutama untuk barang yang mudah pecah, untuk pengemasannya seringkali menggunakan kertas, plastik serta bubble wrap yang berlapis-lapis. 

Bubble wrap adalah plastik transparan untuk mengemas dan produk yang memiliki gelembung-gelembung kecil berisi udara yang bisa melindungi barang dari kerusakan. 

Dengan memakai bubble wrap  bertujuan, supaya barang yang hendak dikirim  bisa sampai ke konsumen dengan selamat tanpa ada kerusakan atau cela sedikitpun.

Untuk satu jenis barang saja, biasanya  dikemas menggunakan plastik atau bubble wrap sampai lapis dua atau tiga. Itu untuk satu jenis barang saja. Berapa banyak bubble wrap yang akan terpakai untuk pengemasan barang belanjaan orang satu desa, satu kecamatan, satu kabupaten bahkan satu negara?

Masyarakat, banyak yang belum memiliki kepedulian akan dampak buruk sampah yang tidak bisa terurai dengan tanah dan bisa  mengganggu lingkungan. Apabila dipedesaan, sampah-sampah tersebut tidak menjadi masalah besar, tapi bagaimana dengan yang tinggal dikomplek perumahan atau dikota-kota besar?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline