Lihat ke Halaman Asli

Stok Beras Berlebih Jangan Diekspor

Diperbarui: 21 Juni 2019   19:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(satumaluku.id)

Petuah bijak selalu mengingatkan kita untuk jangan terlalu percaya diri. Sayang, kondisi demikian justru yang mungkin saat ini tengah meliputi benak pucuk pimpinan Bulog, Budi Waseso alias Buwas.

BUMN yang dipimpinnya memang punya stok beras melimpah sekitar 2,1 juta ton di gudang-gudang penyimpanan. Belum lagi target penyerapan beras petani sebesar 1,8 juta ton untuk tahun ini. Alhasil Buwas pede menyatakan mau ekspor beras ke negara tetangga seperti Malaysia dan Timor Leste.

Wacana ekspor itu sendiri menurut hemat banyak pihak kurang tepat. Sebab beras merupakan satu diantara sekian komoditi yang sangat rentan terhadap gejolak suplai di dalam negeri. 

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda bilang, beras yang ada di gudang Bulog lebih baik disimpan untuk mengantisipasi masa-masa paceklik, maupun kenaikan permintaan yang terjadi akibat gagal panen.

"Gagal panen ini yang tidak kita inginkan pastinya, tapi untuk antisipasi, lebih baik berasnya jangan diekspor dulu," kata Nailul seperti dilansir dari Republika, kemarin,

Masuk akal bukan? Beras merupakan komoditas utama bahan pokok masyarakat Indonesia. Apabila terjadi gejolak suplai di dalam negeri, tentu saja bakal menciptakan gejolak ekonomi yang besar. Tidak hanya itu, ketimbang diekspor, beras Bulog juga dapat berfungsi untuk digunakan sebagai penyaluran bantuan terhadap korban bencana.

Jangan lupa, secara geografis Indonesia merupakan negara dengan tingkat kerawanan bencana alam yang cukup tinggi. Bantuan-bantuan bahan pokok seperti beras sangatlah signifikan.

Komisioner Ombudsman RI Ahmad Alamsyah Saragih pernah angkat bicara soal ini. Ia mengingatkan Bulog untuk sangat berhati-hati soal ekspor beras. Adalah lebih bijaksana jika Bulog membentuk stock disposal policy atau kerangka kebijakan sisa cadangan sebelum memutuskan untuk mengimpor beras. Kebijakan ini bertujuan agar kegiatan ekspor tidak membuat stok dalam negeri berkurang di saat permintaan tinggi, sehingga bisa memicu kenaikan harga di pasaran.

Jangan sampai terjadi salah manajemen stok beras. "Seolah-olah di luar berjaya sebentar, tapi di dalam kelabakan," kata dia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution juga angkat bicara soal rencana ekspor beras. Ia bilang, ekspor beras harus dilakukan secara kontinyu, bukan hanya sekali-sekali untuk terlihat hebat.

"Kalau bisa ekspor itu harus terus menerus. Itu baru ekspor namanya. Tapi kalau cuman sekali-sekali peristiwa ekspor, sudahlah lupakan," kata dia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline