Lihat ke Halaman Asli

Sri Asih

Mahasiswa

Pendampingan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Rindjing Bamboe di Desa Sugihwaras Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro

Diperbarui: 12 Desember 2022   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Siapa yang tidak kenal dengan tanaman bambu. Tanaman ini cukup banyak tumbuh di Bojonegoro. Bambu mudah tumbuh dimana saja dan tidak memerlukan perawatan khusus. Oleh tangan-tangan ajaib, bambu dapat disulap menjadi berbagai macam produk kerajinan anyaman.

Meski tidak populer dulu, kerajinan bambu masih menjadi salah satu sumber penghasilan warga Desa Sugihwaras Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro. Mulai dari produk anyaman tampah, besek, ayakan, cikrak dan  rinjing. Dari beberapa produk tersebut, rinjing masih menempati urutan pertama  kerajinan anyaman bambu yang paling banyak dibuat.

Saat musim panen jagung dan musim hajatan, rinjing masih menjadi primadona bagi masyarakat. Rinjing tidak hanya digunakan sebagai tempat nasi, jagung atau wadah "buwohan"  ketika ada hajatan. Akan tetapi, rinjing juga menjadi alat penunjang UMKM-UMKM seperti, produsen tempe, tahu dan keripik.
Sani salah satu pengrajin rinjing menyebutkan bahwa, kerajinan ini memiliki harga yang bervariasi. Mulai dari Rp10. 000 sampai Rp150. 000 tergantung ukuran dan kualitas produk.

Tini pengrajin rinjing lain menerangkan untuk pemasaran cukup mudah, biasanya ada pengepul yang mengambil ke rumah. Selain itu, pengrajin juga menjual sendiri ke pasar (dalam kota dan luar kota) maupun kepada langganan.

Seorang pengrajin dapat membuat 10 buah dalam waktu seminggu untuk ukuran kecil dan sedang serta 2 buah dalam waktu seminggu untuk ukuran besar.
Selain itu, Tini juga menerangkan tahapan-tahapan pembuatan kerajinan tersebut. Pertama, memilih jenis bambu apus yang berusia 2-3 tahun dengan ruas yang panjang.

Kemudian membuat dasar rinjing dengan pola anyaman kepang, setelah itu  “mbanciki” atau menganyam bagian dinding bagian bawah sampai bagian tengah dan “ngenam” pada bagian dinding tengah sampai bagian atas. Setelah teranyam semua kemudian bagian atas dibuatkan “wengku njobo” (luar) dan “wengku njeru” (dalam). Langkah terakhir adalah “ngenam” yakni mengaitkan tali dari tanaman “manon” ke wengku.

Harapan kedepannya, semoga kerajinan rinjing tetap dan semakin diminati masyarakat luas dan tetap dapat menjadi sumber penghasilan bagi para pengrajin anyaman bambu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline