Lihat ke Halaman Asli

Curhat Peternak Blitar

Diperbarui: 14 Desember 2018   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menko Darmin (gambar dari okezone)

Dalam suasana kesusahan, maka kesempatan yang ada, sekecil apapun itu, akan dimanfaatkan semaksimal mungkin. Seperti halnya para peternak ayam petelur di Blitar yang rela kepanasan berjam-jam demi menunggu Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution. Mereka ingin mencurahkan keluh kesahnya, agar peternak ayam bisa mendapat perhatian serta solusi. 

Ketika akhirnya Darmin tiba, kesempatan itu tidak mereka jadikan sia-sia. Setelah meninjau dan memperhatikan fasilitas peternakan ayam di sana, Darmin langsung mendapat berondongan pertanyaan serta curhatan.

Keluhan paling utama yang didengar Darmin pertama kali adalah mengenai kesulitan peternak memperoleh jagung murah untuk pakan. Karena 80% komponen pakan ayam, berasal dari jagung. 

Para peternak itu mengakui, mereka tidak peduli dari mana jagung itu berasal. Entah dari petani lokal atau impor, menurut mereka yang penting adalah ketersediaan serta keberlangsungan pasokan. Tentu juga dengan harga yang terjangkau. Dengan kata lain, para peternak tidak peduli dengan klaim surplus produksi jagung oleh Kementerian Pertanian (Kementan), atau klaim keberhasilan kita mengekspor jagung ke negeri tetangga. Yang lebih dibutuhkan peternak adalah jagung tersedia, pakan ayam ada, sehingga produksi telur lancar.

Sumber

Adapun peternak dari Blitar diketahui memang yang paling keras bersuara mengenai pasokan jagung, hingga membuat pemerintah menerbitkan izin impor komoditas itu. Padahal sebelumnya, Kementan pernah menyatakan bahwa mereka tidak akan meminta impor jagung. Alasannya, produksi jagung dalam negeri sudah mencukupi, bahkan berlebih.

Sikap semacam itu yang kemudian tidak bisa dimengerti oleh masyarakat di lapangan. Karena ada kesan Kementan mengeluarkan kebijakan yang hanya bersandar pada data, bukan fakta. Bisa saja data milik Kementan menyatakan produksi jagung dalam negeri kita surplus. Tapi secara fakta, peternak yang membutuhkan jagung, tidak bisa menemukan komoditas itu di pasaran.

Klaim produksi jagung oleh Kementan juga dirasa makin mengada-ada, karena menurut Darmin sendiri, komoditas jagung tidak punya basis data produksi yang kuat. Bila sawah bisa diperkirakan luasannya dengan citra satelit, ladang jagung tidak bisa sedemikian rupa. Selain itu, keberlangsungan pasokan jagung tidak bisa seperti beras yang stoknya disimpan oleh Badan Urusan Logistik (Bulog).

Kendati tidak banyak solusi yang diberikan oleh Darmin pada peternak. Setidaknya ia mau mendengar keluhan dan curahan hati para masyarakat. Ia menunjukkan bahwa keberpihakan bisa dilakukan dengan turun ke lapangan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline