Lihat ke Halaman Asli

sri anggraeni

Sistem Telekomunikasi UPI 2020

Peranan Sentral Industri Telekomunikasi Dalam Pandemi Covid-19

Diperbarui: 30 Januari 2021   11:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tahun 2020 menjadi tahun yang sangat berat untuk dijalani bagi seluruh penduduk di muka bumi. Bagaimana tidak, sebuah virus dari kota Wuhan, China yang dikenal dengan istilah Covid-19 telah membuat hampir seluruh sektor pada semua negara dari sektor ekonomi hingga bidang pendidikan terkena dampak dari virus tersebut. Awal mula Covid-19 diketahui yaitu pada tahun 2019 di negara China detailnya di kota Wuhan. Lambat laun virus ini tersebar luas hingga hampir seluruh negara terkontaminasi oleh Covid-19. Hal ini disebabkan karena banyaknya wisatawan yang sebelumnya berkunjung ke negara China tanpa disadari sudah terpapar virus Covid-19 tanpa adanya gejala atau disebut dengan Orang Tanpa Gejala (OTG) melakukan perjalanan ke negara lain. Meninjau dari kabar terbaru yang di ambil dari data John Hopkins University, bahwa total jumlah warga dunia yang terkena Covid-19 pada 16 Desember 2020 yaitu mencapai 73.376.785. Angka kematian Karena Covid-19 pun sangat tinggi yaitu 1.632.985 jiwa dilaporkan meninggal dunia, dan 41.544.026 dinyatakan sembuh.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memberikan pernyataan bahwa Corona virus atau Covid-19 ini dikatakan sebagai pandemi. Hal ini dikarenakan terjadi peningkatan yang disebabkan oleh Covid-19 dan dikhawatirkan akan terus menyebar apabila tidak dengan cepat ditangani. Dengan adanya keputusan pandemi,menyebabkan aktivitas setiap orang menjadi terganggu. Segala aktivitas yang biasanya dilakukan di luar rumah terpaksa dialihkan menjadi di dalam rumah. Setiap aktivitas maupun pekerjaan yang biasa dilakukan tatap muka, kini terpaksa harus dilaksanakan melalui daring.

Dampak signifikan yang dirasakan yaitu pada sektor ekonomi. Pandemi Covid-19 membuat sektor ekonomi di hampir seluruh negara mengalami resesi bahkan bisa dikatakan terhenti karena berlakunya pembatasan sosial bersakala besar(PSBB) di beberapa daerah. Bahkan beberapa negara seperti Italia dan Denmark memberlakukan lockdown. Lockdown memiliki arti tindakan dalam kondisi darurat dimana orang -- orang untuk sementara waktu tidak bisa memasuki atau meninggalkan suatu tempat atau area. Hal ini bertujuan agar Covid -19 tidak bisa masuk ke wilayah tersebut yang bisa saja dibawa oleh penduduk dari luar wilayah tersebut. Sedangkan untuk penduduk yang ada di dalam wilayah tersebut harus memberlakukan isolasi mandiri dan tidak bisa melakukan interaksi sosial secara langsung yang mana dikhawatirkan bisa terkontaminasi melalui sentuhan maupun cipratan air liur dari seseorang. Hal ini mengakibatkan interaksi antar manusia menjadi terganggu sehingga mengakibatkan antar manusia hanya bisa berkomunikasi via telekomunikasi.

Pandemi Covid-19 telah mengubah kehidupan tatanan masyarakat dengan berlakunya istilah baru yaitu "New Normal" atau ada juga yang menyebutnya dengan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Hal ini dikarenakan interaksi manusia tidak bisa kembali seperti semula, dimana setiap kali seseorang bepergian maka harus menjalankan metode 3M yaitu "Menggunakan Masker, Menjaga jarak, dan Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas". Hal ini bertujuan untuk memutus rantai COVID-19 yang telah mengalami penigkatan yang sangat besar di hampir semua negara.

Peningkatan yang tajam pada Covid-19 telah membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan bahwa perusahaan harus memberlakukan yang semula pekerjaan di kantor (Work From Office) menjadi pekerjaan di rumah (Work From Home). Selain itu dari bidang pendidikanpun mengeluarkan kebijakan bahwa seluruh aktivitas yang semula belajar di rumah dialihkan menjadi belajar di rumah. Serta kegiatan ekstrakurikuler menjadi ditiadakan untuk waktu yang tidak ditentukan. Semua ini menyebabkan setiap kegiatan pada masa pandemi sangat bergantung dengan teknologi telekomunikasi, karena seluruh aktifitas tersebut dilakukan secara daring.

Ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan PSBB, membuat lalu lintas informasi kini berubah menjadi online sehingga mengakibatkan tren konsumsi data berubah. Dilansir dari riset yang dikeluarkan oleh MarkPlus Inc yang diikuti oleh 111 responden responden yang dibagi menjadi dua wilayah yaitu JABODETABEK (57%) dan non-JABODETABEK (43%), melaporkan bahwa sebelum adanya pandemi Covid-19 sebesar 31,9% pengguna internet di wilayah JABODETABEK menghabiskan kuota internet sebanyak 5-10 GB. Sedangkan 22,9% di wilayah non-jabodetabek menghabiskan kuota internet di atas 30GB. Lalu ketika masa pandemi sebanyak 63,5% pengguna internet di wilayah jabodetabek tetap stabil (tidak menambah/mengurangi) kuota internet selama WFH atau SFH. Hal ini disebabkan karena penetrasi Fixed broadband (personal wifi) di wilayah tersebut cukup besar. Sedangkan di wilayah non-JABODETABEK sebanyak 52,1% pengguna internet harus menambah kuota. Dalam hal ini dapat terlihat bahwa dampak dari adanya pandemi sangat berpengaruh terhadap peningkatan penggunaan data internet.

Di masa pandemi seperti ini tentunya semua aktivitas sangat bergantung pada infrastruktur internet yang kuat. Di tengah krisis saat ini platform digital mengalami lonjakan seperti platform digital Wekiddo, yang memungkinkan pemerintah, sekolah serta orang tua dan siswa dapat terhubung satu sama lain. Infrastuktur yang tepat menjadi hal yang sangat penting pada masa kritis seperti saat ini. Meskipun terdapat lonjakan serta pertumbuhan massif pada teknologi digital, tetap saja apabila tidak dibarengi dengan konektivitas serta bandwith yang memadai maka semua nya akan menjadi kendala tersendiri. Maka dari itu, konektivitas dan bandwith yang andal menjadi kunci untuk mengatasi tantangan yang ada pada saat ini dimana seluruh kegiatan nya mengandalkan koneksi internet.

Industri telekomunikasi memiliki peran yang sangat vital dalam keadaan yang membutuhkan koneksi internet seperti ini. Dengan berlakunya kegiatan sekolah secara daring, pekerjaan yang harus dilakukan di rumah, tentu semuanya memerlukan tingkat produktivitas yang optimal agar seluruh operasi kegiatan belajar mengajar dan kegiatan operasi perusahaan dapat bertahan di masa pandemi Covid-19. Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi telah mengeluarkan kebijakan yang memperhatikan akan pentingnya peran perusahaan telekomunikasi dalam mengoptimalkan jaringan koneksi disaat kurangnya kegiatan tatap muka secara langsung. Hal ini menjadi bukti bahwa pemerintah sangat memperhatikan akan pentingnya peran industri telekomunikasi dalam hal perekonomian. Banyak UMKM yang terselamatkan usahanya karena dapat memasarkan produknya di platform digital yang tentunya menggunakan koneksi internet. Hal ini membuat laju perkonomian setidaknya tidak mengalami kemerosotan yang sangat tajam. Namun hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku industri telekomunikasi. Dengan adanya kegiatan yang hampir sepenuhnya membutuhkan jaringan koneksi internet tentu nya pelaku industri telekomunikasi harus memastikan koneksi serta bandwith yang efisien dimana hal ini sangat berpengaruh terhadap penyeimbangan sinyal seluler, selain itu tantangan yang harus dihadapi pada pelaku industri ini yaitu perlunya melewati berbagai jenis sumber data termasuk di dalamnya peningkatan kinerja jaringan seluler. Berdasarkan data OpenSignal yang dikutip dari Liputan6.com di Indonesia mengalami penurunan kecepatan download yang sangat signifikan pada bulan Maret hingga April 2020.

Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia melalui Sekjen nya Marwan O. Baasir mengatakan bahwa operator bertugas untuk mengakomodasi konsumsi internet dengan cara memindahkan serta menambah kapasitas jaringan. Namun, hal ini menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya. Karena hal ini Marwan menilai akan sulit industri telekomunikasi bisa tumbuh kedepannya. Operator sendiri bahkan tidak merasa yakin dapat memulihkan keadaan ini dalam waktu dekat.

Dari seluruh hambatan dan tantangan yang dirasakan oleh industri telekomunikasi tentu terdapat peluang yang bisa dimanfaatkan. Masa krisis ini dapat membuahkan peluang yakni industri telekomunikasi bisa mendapatkan kepercayaan publik apabila dapat menyajikan jaringan internet yang stabil. Hal ini dapat membuat pengguna internet semakin bertambah sehingga bisnis dari industri telekomunikasi dapat tetap berjalan.

Kunci dari pada kesuksesan industri telekomunikasi pada saat ini yaitu berada pada pengoptimalan kapasitas jaringan internet dengan kekuatan akselerasi analitik. Hal ini bertujuan yaitu memberdayakan perusahaan telekomunikasi agar bisa memaksimalkan dataset jaringan yang telah ada dengan menyesuaikan pemodelan dan analisis cakupan yang dibutuhkan oleh pengguna jaringan sehingga mendapatkan jaringan yang stabil dan efisien agar bisa mendapatkan hasil yang optimal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline