28 Oktober 2018 17:49
28 September lalu, Indonesia dilanda musibah, musibah tersebut terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah, tepatnya di kota Palu, Sigi dan Donggala. Gempa bumi berkekuatan 7,4 skala ritcher telah memporak porandakan pihak kota tersebut. Lebih dari 2000 jenazah ditemukan, namun itu belum jumlah yang pasti, sebab-sebab tersapu tsunami dan likuifaksi bagi korban yang tertimbun oleh lumpur dan reruntuhan.
Gempa tersebut merupakan gempa yang belum pernah terjadi, karena gempa tersebut dibarengi dengan likuifaksi, yaitu berubahnya struktur tanah menjadi lumpur. Fenomena ini terjadi karena di kota palu struktur tanahnya berpasir, Goncangan saat ini yang ditimbulkan gempa bumi, membuat tanah seperti udara larut. Di perumahan Balaroa Kota Palu, sekitar 1.700 rumah tertelan batu setelah gempa yang menjadi tanah cair. Ungkap BASARNAS.
Tragedi ini digunakan dari berbagai kalangan, bahkan sampai warga negara asingpun berduka. Ada banyak relawan dari negara yang ingin membantu warga kota Palu dan sekitarnya, namun kementerian luar negeri Indonesia menyatakan keputusan untuk melakukan hubungan langsung untuk menjadi relawan di kawasan bencana. Bukan berarti untuk mencegah bantuan. "Akan tetapi untuk memastikan bahwa mereka melakukan penelitian dengan tepat di Indonesia yang membantu penyelamatan dan pemulihan," kata juru bicara Kemenlu Indonesia, Arrmanatha Nasir.
Koordinasi seperti ini sangat penting, agar bisa dapat dipastikan kedatangan relawan dari negara asing tidak menyatakan jalannya upaya penyelamatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H