Lihat ke Halaman Asli

Lelaki Antagonis Dari Kebun Aren

Diperbarui: 18 Januari 2025   04:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pondok gula aren (Sri NurAminah, 2013)

"Bu... kenapa kolak ini banyak sekali ampasnya?" teriak Pak Martono saat menikmati suapan pertama dari semangkuk kolak pisang.

"Ampas bagaimana maksudmu Pak?"

Pak Martono memperlihatkan kumpulan serabut warna gelap berada di ujung sendoknya. Lelaki itu mencoba membersihkan sisa ampas yang tersangkut di sela giginya dengan memakai lidah dan meludahkannya ke lantai.

"Kolak ini tidak enak, gula arennya sangat pahit. Memangnya beli dimana gula aren ini?"

"Aku beli gula aren buatan Daeng Takko."

"Aneh sekali... kenapa gula aren Daeng Takko begini rasanya. Cuhhh..."

Pak Martono meninggalkan sisa kolak di dalam mangkuk. Rasa penasaran memaksa Bu Martono mencicip sedikit kuah kolak. Ternyata benar kata suaminya, kolak itu terasa pahit dan banyak ampas singgah di lidahnya. Perempuan itu kebingungan dan berjalan menuju ke dapur sambil mengangkat mangkuk berisi sisa kolak.

*

Ternyata bukan hanya Pak Martono yang komplain tentang kualitas gula aren milik Daeng Takko. Sebagian besar ibu-ibu lainnya juga mengalami hal serupa.

"Daeng Takko...assalamu alaikum," terdengar suara seorang perempuan dari arah pintu rumah. Naimah- istri Daeng Takko segera keluar dari dapur menuju ke sumber suara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline