#cerpeningatan
#pulpen
#sayembarapulpen
Setelah melalui perjuangan berat, aku dan Liana mendapatkan beasiswa melaksanakan kegiatan magang di Brisbane selama tiga bulan. Tentunya aku merasa sangat berbahagia dengan kesempatan ini. Untuk masyarakat di Kampung Duri, prestasi kami sebagai putri daerah sungguh luar biasa dan sangat membanggakan. Rumah kami bersebelahan di kampung sehingga hingar bingar orang yang berkunjung ke rumah Liana terdengar sampai ke rumahku.
"Sejak pengumuman itu, rumah kak Liana ramai mulai pagi sampai menjelang dini hari. Malahan ibunya Kak Liana meminjam kursi dan meja di rumah kita," lapor adikku saat menelponku di siang nan terik. Aku tertawa kecil mendengarnya.
"Biasalah, namanya orang berbahagia kan?"
"Menurutku norak. Kudengar suara kak Liana memekik menyombongkan diri, hanya dia satu-satunya yang lulus disitu. Padahal Kakak juga lulus program itu kan? Seingatku dia malah ikut-ikutan kirim form karena mendapat infonya dari kakak. Isi form pendaftarannya juga hasil nyontek berkas Kakak,"
"Ih...kamu cerita apaan sih?"
"Kenyataannya memang begitu, semoga saja Kakak tidak kerepotan menghadapi ulah norak kak Liana saat sudah berada di Brisbane," aku tertawa mendengar celoteh kesal adikku terhadap Liana. Kenyataannya memang demikian, selama aku bersahabat dengan Liana, dia kerap menghalalkan segala cara untuk memenuhi ambisinya.
Kekuatiran adikku terbukti. Liana yang menjadi New Idol di Kampung Duri mengabaikan himbauan sponsor yang menginginkan kami tiba tepat waktu di Brisbane. Aku yang memilih tetap tinggal di kota supaya mudah mengurus dokumen dimanfaatkan Liana untuk mengikutkan dokumennya dalam pengurusan visa.