Lihat ke Halaman Asli

Donor Organ Tubuh: Penyelamat Nilai Kehidupan

Diperbarui: 20 Agustus 2023   08:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Grey dan Blondy (dr. Tenriagi Malawat, September 2021)

Membaca kata donor organ tubuh, saya teringat dengan kejadian pembunuhan sadis di kota Makassar pada awal bulan Januari tahun 2023. Iming-iming dari dunia maya yang bersedia membeli organ tubuh manusia dengan harga selangit menyebabkan dua remaja nekad menghabisi nyawa seorang bocah lelaki.

Tampaknya oknum pembunuh belia sangat ingin cepat kaya secara instan. Sejak zaman dahulu diketahui bahwa kerja keras adalah 'koentji' kesuksesan. Pembunuhan dan menjual organ tubuh kepada pemasok ilegal sangat menyalahi adab dan hukum hak asasi manusia.

Ini adalah gambaran pemikiran yang salah kaprah tentang donor organ tubuh  manusia yang marak menjadi bisnis dengan harga menggiurkan. Padahal donor organ tubuh punya tujuan yang sangat mulia untuk menyelamatkan kehidupan seseorang.

Niat luar biasa dari orang tertentu mendonorkan secara legal jantung, retina mata, ginjal dan heparnya untuk orang lain yang membutuhkan saat dia telah berpulang ke Sang Pencipta.

Keputusan ini melalui proses sangat panjang dan harus terdokumentasi secara legal karena seringkali timbul rasa keberatan dari pihak keluarga.

Saya mempunyai cerita menarik terkait donor organ tubuh manusia. Saat itu tahun 2021, saya baru pulang studi dari Amerika Serikat. Saya tetap keep in touch dengan pembimbing saya, Mr. Black (nama disamarkan).

Sejak dua puluh tahun yang lalu saya  telah menahu bahwa Mr. Black adalah orang yang sangat baik, murah hati dan selalu positive thinking terhadap kejadian sekitarnya.

Singkat cerita, Mr. Black posting sebuah  kabar 'heboh' di platform  media sosialnya tentang rencana mendonorkan ginjal kirinya kepada Mrs. White (istri dari kakak lelakinya). Ginjal merupakan organ vital yang berfungsi sebagai filter bahan berbahaya di dalam tubuh. Saya tercengang tidak percaya.

Di dalam kepala saya bergolak pertanyaan untuk Mr. Black. Pada umur sekitar 60 tahun, apakah memungkinkan seseorang mendonorkan organnya ke orang lain. Bukankah umur yang berada di atas 50-an sangat rentan dengan menurunnya kualitas kesehatan?

Saya ingin sekali menanyakan secara  detil tentang keputusan donor organ kepada Mr. Black, namun saya mengurungkan niat tersebut. Saya kuatir jangan sampai Mr. Black merasa terdzolimi dengan uneg-uneg itu. Saya sungguh takut gegara donor organ memicu terjadi komplikasi, saya akan kehilangan seorang pembimbing yang begitu berdedikasi. Akhirnya pertanyaan saya terjawab sudah, Mr. Black lolos tes kesehatan dan eligible sebagai pendonor ginjal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline