Lihat ke Halaman Asli

Sekeping Dime Tanda Cinta

Diperbarui: 24 April 2023   15:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sri NurAminah (Denver USA, June 2021) Dokpri

Pertama kali aku bertemu Kevin saat berbelanja di King Soopers, saat itu dia menjadi  kasir yang melayani pembeli. Sebagai mahasiswa yang melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi terkemuka di kota Denver, King Soopers adalah swalayan andalanku untuk berbelanja di state Colorado. Selain King Soopers, terdapat beberapa swalayan lainnya yaitu: Target, Walmart, Whole Foods Market dan Walgreens. Harga King Soopers yang sangat terjangkau untuk mahasiswa dari negara berkembang membuat aku memilih tempat ini untuk berbelanja semua kebutuhanku.

Saat baru pertama bertinggal di Amerika, aku terbiasa membawa uang tunai seperti di Indonesia. Ternyata lain lubuk lain ikannya. Membayar tunai sebuah transaksi belanja sangat tidak dianjurkan di Amerika. Para kasir dan pemilik outlet begitu kerepotan melayani kembalian tunai dalam bentuk sen (cent) karena mata uang Amerika mempunyai variasi koin pecahan yaitu: 5, 10, 25 dan 50. Di dalam kehidupan serba praktis dan cepat, koin cent berbahan logam sangat  berat untuk di bawa kiri kanan. Inilah alasan mengapa transaksi menggunakan debt card  begitu dianjurkan di Amerika.

Suatu sore, pulang dari kampus, aku berbelanja sembako ke King Soopers. Saat mengantri membayar belanjaan, aku sudah mewanti-wanti kasirnya karena aku ingin membayar tunai belanjaanku dan dia mengiyakannya. Kasirnya seorang bule Amerika yang good looking banget. Dari ID card-nya kuketahui namanya Kevin. Rambutnya coklat berombak dengan sepasang bola mata berwarna biru bagaikan cerahnya langit di kota Denver. Dengan sabar dia menghitung belanjaanku. Tiba saatnya membayar, aku mengeluarkan semua koin cent simpananku yang berada di dalam dompet kecil.

"What???" mata Kevin terbelalak heran melihat koin simpananku yang berjubel.

"It is all of my money to pay them." aku menunjuk belanjaanku yang telah nangkring cantik dalam sebuah goody bag.

"Oh my God. Let me see your money."

Aku memberikan tumpukan koinku dan dia menghitungnya satu per satu. Kubandingkan dengan di Indonesia, kasir Amerika ini sangat telaten dan cekatan melayani pembeli. Aku merasa sangat hebat karena statusku 'Pembeli adalah Raja'. Para pekerja ini sangat kuatir dengan komplain dari pelanggan sehingga berusaha melayani dengan sebaik-baiknya. Ternyata total belanjaanku sebanyak USD 50.40 (lima puluh dollar empat puluh cent). Uangku yang tersisa tinggal sekeping koin dime (uang koin bernilai sepuluh cent yang digunakan sebagai alat pembayaran sah di Amerika Serikat).  Kembali aku yang terkejut. Ternyata koinku habis tuntas tas tas. Kevin tersenyum dan mengembalikan sebiji koin dime yang berwarna perak. Koin ini berukuran paling kecil dari semua koin cent di Amerika.

"Please kept for remember my service."  American handsome itu mengedipkan sebelah matanya padaku sambil tertawa lepas. Aku melengos dan berjalan keluar dari swalayan. Belum jauh aku berjalan, si cowok good looking itu berlari menyusulku. Sambil tersenyum manis, Kevin menyerahkan buku diaryku yang terjatuh tanpa sengaja dari dalam tasku. Aku segera mengambilnya dan mengucapkan terima kasih.

"Hey, where are you from?" tanyanya menyelidik.

"Indonesia."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline