Lihat ke Halaman Asli

Sri Setiyowati

Penulis, Ibu Rumah Tangga Professional

Memaknai Hari Kesaktian Pancasila

Diperbarui: 1 Oktober 2021   06:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memakai Hari Kesaktiannya Pancasila. Dok. Pinterest

Saya ingat dulu waktu masih SD setiap tanggal 30 September pemerintah selalu memutar film G30S/PKI. Film di putar saat malam hari di TVRI dengan layar televisi yang masih hitam putih. Saya selalu menutup mata saat kekejaman PKI mulai digambarkan, detik-detik yang sangat mendebarkan dan menakutkan. Dibenak saya pengkhianatan PKI terhadap kelangsungan bangsa dan negara sangat kejam.  Sejarah yang disampaikan tidak hanya didapat dari film, tetapi juga dari buku pelajaran sejarah yang saat itu bernama PSPB atau Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa. Sehingga sampai sekarang masih jelas teringat bagaimana cerita peristiwa G30S/PKI.

Lalu bagaimana saat ini, apakah anak-anak tahu sejarah pemberontakan G30S/PKI? Saya rasa sedikit yang paham akan sejarah itu. Pelajaran sejarah tidak lagi membahas lebih terbuka peritiwa G30S/PKI, hanya membahas hari Kesaktian Pancasila pada tanggal 1 Oktober. Sebuah pertanyaan yang dilontarkan anak saya, kenapa 1 Oktober disebut kesaktian Pancasila?

Sejarah Hari Kesaktian Pancasila

Asal mula hari Kesaktian Pancasila tidaklah lepas dari sejarahnya yang berkaitan dengan perjuangan bangsa Indonesia melawan gangguan berbagai golongan yang ingin mengubah prinsip dasar Pancasila. Terutama peristiwa pemberontakan G30S/PKI yang bertujuan menggulingkan pemerintahan Soekarno dan menggantikannya dengan ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis. Peristiwa yang didalangi PKI itu terjadi tanggal 30 September 1965 beserta dengan Cakrabirawa yang merupakan pasukan khusus yang bertugas melindungi Presiden Soekarno saat itu.

DN. Aidit yang menjadi pimpinan PKI menghasut masyarakat untuk mendukung keberadaan PKI dan melakukan penculikan kepada para perwira tinggi. Tujuh orang perwira tinggi menjadi korban keganasan PKI saat itu, walaupun aksi kudeta itu dapat digagalkan oleh pemerintah. Ketujuh perwira tinggi itu adalah Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI Raden Suprapto, Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono, Mayjen TNI Siswondo Parman, Brigjen Donald Isaac Panjaitan, Brigjen TNI Sutoyo. Sedangkan Jendral TNI Abdul Haris Nasuition selamat dari peristiwa mengerikan itu, tetapi putri Ade Irma Suryani tewas. Para korban pembunuhan PKI ini dibuang di satu lokasi yang sama di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal dengan lubang buaya dan jenazah ditemukan tanggal 3 Oktober. 

Saat itu, PKI juga menguasai dua sarana telekomunikasi yaitu Radio Republik Indonesia (RRI) di Jalan Merdeka Barat dan Kantor Telekomunikasi di Jalan Merdeka Selatan. Penguasaan RRI ini dimanfaatkan oleh PKI dengan memunculkan isu Dewan Jendral yang akan mengkudeta Pemerintah. 

Tanggal 1 Oktober mulai dilakukan aksi penumpasan G30S/PKI.  Pemerintah berhasil menggagalkan pemberontakan dan  mengamankan ibukota. Pemerintah Orde Baru menetapkan tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila dengan mengibarkan bendera merah putih.  Sampai kapan pun sejarah kekejaman PKI yang pernah tertoreh tidak akan mudah untuk  dihapus dari Bangsa Indonesia. Dan, tantangan generasi muda saat ini  yaitu mengenal sejarah bangsanya dan menjadikan pelajaran bahwa para pengkhianat bangsa itu memang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline