Lihat ke Halaman Asli

Sri Rahayu

Menyukai literasi

Para Pendidik yang Hebat

Diperbarui: 3 Agustus 2022   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan adalah faktor yang sangat penting sebagai salah satu penunjang keberhasilan bangsa. Terlebih pendidikan dasar. Menjadi seorang pendidik formal mungkin bukanlah hal yang sulit untuk yang bertugas di daerah perkotaan karena sudah tingginya keasadaran akan pendidikan baik dari orang tua, siswa maupun dukungan fasilitas dan lingkungan yang memadai. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan teman-teman guru kita yang ada di pinggiran kota apalagi di pelosok pedesaan yang minim fasilitas disertai dengan belum adanya keasadaran orang tua untuk menyekolahkan anak.

"Sekolah atau enggak juga nanti cuma jadi petani bu"

"Anak saya sekolah SD saja sudah kaya kok bu"

"Anak saya nggak usah melanjutkan SMP bu, mau ke Jakarta ikut mas nya jadi buruh bangunan"

"Itu anaknya bu Ani sudah sekolah SMA susah cari kerja akhirnya kerja diajakin anak saya di Jakarta jadi kuli bangunan"

Demikian kira -- kira komentar orang tua murid di pinggiran kota atau didaerah pelosok. Asli sedih banget mendengarkan hal kayak gini. Tapi memang kenyataannya kehidupan mereka seperti itu. Jadi bisa dibilang kalau tugas guru di sana pastilah sangat berat untuk menyadarkan para orang tua dengan model -- model seperti ini. Pada dasarnya menurut saya bahwa pendidikan dan kekayaan atau kesuksesan orang itu sangat beda ya. Pendidikan adalah menuntut ilmu sedangkan keberhasilan adalah buah kerja keras atas suatu usaha. Harus ada trik khusus untuk menjelaskan pada orang -- orang yang belum mengutamakan pendidikan.

Ada sebuah cerita yang menyentuh di sebuah Sekolah Dasar di pinggiran kota Pati. Teman seangkatan waktu masih sekolah di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) tahun 1987 yang mendapat amanat menjadi Kepala Sekolah pada tahun 2020 pertengahan. Sungguh ini adalah hal yang luar biasa berat. Di saat pandemi sedang marak -- maraknya dan teman saya ini mendapat tugas menjadi kepala sekolah. Di daerah tugas tersebut,  Internet masih susah sinyal dan tidak semua orang mempunyai HP. Tapi untungnya semua guru mempunyai HP dan laptop. Teman -- teman pendidik yang luar biasa ini akhirnya memutuskan untuk mengadakan pembelajaran berkelompok maksimal 10 orang berkumpul di rumah anak didik yang mempunyai hp dan ada yang di rumah guru. Pembelajaran dengan zoom berkelompok. Terkadang kalau anak kebahisan pulsa, guru-guru ini membelikan pulsa dengan uang pribadi. Wah salut.

Pada akhir tahun 2021 saat sekolah sudah diperbolehkan tatap muka ada hal yang bikin kita semakin angkat topi dan kagum dengan ke teman -- teman guru ini, mereka rela patungan dari uang gaji pribadi untuk memperbaiki mobil jemputan yang sudah rusak agar bisa dimanfaatkan kembali untuk mengantar dan menjemput anak agar mau bersekolah. Pembelian angkotpun dulu dilakukan dengan uang bantuan pemerintah ditambah uang tambahan dari uang pribadi para guru. Dan yang membuat saya berdecak kagum bahwa antar jemput ini gratis. Murid tidak dipungut biaya sama sekali. Coba kalau kita lihat di sekitar kita yang tinggal di kota besar, mahal sekali biaya antar jemput dari sekolah.

Semoga teman-teman pendidik kita yang ada di daerah terpencil selalu diberikan kesehatan dan kemudahan dalam menjalankan tugas mendidik generasi penerus yang berkualitas. Tetap semangat para pencetak mental bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline