Lihat ke Halaman Asli

Sri Rahayu

Menyukai literasi

Pengalaman Membeli Furniture Bekas

Diperbarui: 6 Juli 2022   19:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Terkesan seperti kurang bagus dan banyak yang negatif thinking atau berfikiran negatif kalau seseorang membeli barang bekas. Apalagi furniture. 

Tapi hal ini tergantung juga pada kualitas barang tersebut. 

Pengalaman yang pernah saya alami sekitar tahun 90an waktu saya baru tiba di Jakarta untuk bekerja, saya membeli rumah BTN di daerah Tangerang. 

Pas pindahan kan belum beli furniture sama sekali. Secara tidak sengaja atau kebetulan saja, ada tetangga yang sudah lumayan lama tinggal di situ menawarkan sofa untuk ruang tamu. 

Sofa tamu bekas punya dia tapi masih bagus banget. Awalnya saya juga agak gimana gitu ya mau beli barang bekas. 

Tetanggaku menjelaskan kalau sofa itu hadiah pernikahan dari boss nya dan dia mau beli yang baru makanya mau dijual. 

Secara kalau dilihat kualitasnya super bagus dan tetanggaku bilang 'bayar berapa aja deh bu". 

Menurutnya sebenarnya sayang mau dilepas tapi kan rumahnya kecil jadi nggak bisa disimpan juga dan katanya dengan yakin bahwa saya pasti bisa pakai lama dan jagain sofa itu dengan baik. 

Karena kan itu hadiah ya, jadi ada rasa sayang. 

Pengalaman lucu juga terjadi pada saat itu anaknya yang baru berumur 2,5 th main ke rumah dan bilang "tante kenapa kursiku dipindah sini" Hahaha bocil ini nggak tau kalau ortunya sudah ngejual kursinya ke saya. 

Dan temen - temen tahu nggak, sofanya itu sampai sekarang masih bisa dipakai dan masih kokoh. Saya ganti kulit luarnya sekali saja. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline