Pada zaman sekarang yang serba digital ini, bisa dipastikan hampir semua orang mempunyai akun media sosial, bisa berupa facebook, instagram, telegram, tik tok dan lain sebagainya.
Dari mulai anak kecil, remaja, dewasa dan bahkan yang sudah lanjut usia hampir semua memiliki akun media sosial. Adanya media sosial ini tentunya banyak sisi positifnya yaitu bahwa dunia sudah tidak lagi mengenal dimensi jarak untuk saling bisa berkomunikasi dan berbagi cerita kehidupan dengan teman -- teman atau saudara.
Kita yang tinggal di Indonesia akan sangat mudah berkomunikasi baik voice call maupun vidio call dan bahkan teleconference dengan relasi atau kerabat yang ada di lain benua hanya menggunakan internet dengan biaya yang sangat murah. Tapi tentunya ada juga sisi negatif dari media sosial itu. Tinggal bagaimana menyikapi dan menggunakan media sosial dengan bijak.
Sebagai orang tua yang mempunyai anak, sangat disarankan untuk mem - follow akun anak kita serta beberapa teman dekat dari anak kita. Hal ini sangat bermanfaat sebagai cara orang tua untuk ikut terlibat dalam pemantauan kegiatan anak di media sosial. Biarpun terkadang anak kita sangat keberatan dan bahkan marah apabila kita add friend ataupun follow teman -- temannya.
Ada sebuah pengalaman saya pribadi yang mungkin bisa menjadi pembelajaran kehidupan. Pada tahun 2019 awal sebelum adanya wabah corona, anak saya masih kuliah di Grenoble Perancis sedang tidak enak badan dan mengalami sakit yang mengharuskan ada penanganan medis. Waktu itu kami sedang voice call.
Kalau voice call bisa berjam -- jam dan hampir setiap hari kalau dia mempunyai waktu luang. Anak saya mempunyai riwayat asma dan maag akut yang bisa kumat sewaktu -- waktu apabila sedang under preasure situation atau cuaca extrem.
Sementara dia di tempat kost sendirian. Pada saat panik itulah saya mencoba menguhubungi teman -- temannya yang kebetulan sudah saya follow di IG, minta tolong mereka datang ke tempat kost nya untuk membantu memberikan pertolongan pertama. Dan alhamdulillah teman -- temannya datang dan ada juga anak yang sedang study S3 kedokteran juga datang menolong anak saya.
Tuhan memang memberikan yang terbaik bagi kita dan tidak akan menguji umatnya melebihi bebannya. Akhirnya drama hari itu berakhir juga. Anak saya ditungguin teman -- temannya, diberikan pertolongan pertama oleh temennya yang study kedokteran dan dijaga sampai benar -- benar sembuh.
Pada saat mau add freind atau follow teman -- teman anak saya adalah perjuangan juga karena anak saya marah "Ibu kepo amat sih sama temen -- temen aku.
Aku kan malu bu" Tapi dengan memberikan pengertian, pemahaman dan pengarahan yang baik akhirnya anak saya bisa mengerti. Dan terbukti kan bahwa akan banyak gunanya kita mengerti siapa teman dari anak -- anak kita. Orang tua juga harus tetap terus belajar supaya tidak ketinggalan zaman atau ketinggalan tehnologi.
Semoga curhat saya ini bermanfaat bagi teman -- teman semua.