Setelah berakhirnya pandemi covid 19, sekolah-sekolah diizinkan untuk melakukan pembelajaran tatap muka.
Hal ini disambut gembira oleh semua pihak, baik guru, orang tua maupun siswa. Terutama orang tua senang sekali karena mereka merasa terbebas dari tanggung jawab gandanya selama pembelajaran daring menggantikan peran guru dan orang tua sekaligus di rumah.
Orang tua sering mengeluh karena kesulitan saat mambatu mengerjakan tugas-tugas sekolah, mereka tidak paham dengan pembelajaran anaknya.
Materi pelajarannya juga tidak sama dengan zaman sekolah mereka dulu. Akibatnya mereka kerap uring-uringan ketika mengajari anaknya.
Guru-guru juga merasa senang, karena pembelajaran daring sangat membatasi guru saat memjelaskan materi ataupun memberi tugas pada siswanya.
Mau diberi tugas banyak, tentu akan diprotes orang tua. Berkaitan dengan peran gandanya yang baginya sungguh merepotkan.
Disamping itu juga kasihan siswa mengerjakannya, serta guru juga akan kerepotan sendiri saat memeriksa hasil kerja siswa. Sementara kalau diberi tugas sedikit, tentu materi yang harus diajarkan tidak akan terkejar.
Hal inilah yang menyebabkan ketika siswa mulai belajar tatap muka banyak sekali kekurangannya. Meskipun siswa sudah duduk di kelas VI namun kompetensi yang dimiliki tidak sama dengan siswa kelas VI.
Kemana perginya pengalaman belajar yang sudah mereka dapatkan di kelas-kelas sebelumnya? Dengan belajar tatap muka, guru diharapkan mampu memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H