Lihat ke Halaman Asli

Sri Susanti

Guru Mata Pelajaran Sejarah

Persebaran Wabah di Cirebon

Diperbarui: 13 Juli 2022   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Persebaran berbagai wabah penyakit di Cirebon disebabkan oleh perdagangan. Kontak dagang di pelabuhan Cirebon dalam skala kecil maupun besar dapat mempercepat persebaran wabah penyakit ke berbagai wilayah pedalaman dan pesisir.

  Hal ini didukung adanya surat kabar de Sumatera Post yang menginformasikan bahwa sejak tahun 1901-1940, para pedagang di Kota Cirebon terserang wabah penyakit kolera, malaria, tifus setelah terlibat dalam dinamika perekonomian di wilayah tersebut. 

Sejak tahun 1901-1902, kontak sosial antara pekerja, pedagang, dan awak kapal perang Zeeland milik perusahaan Belanda, Piet Hein, yang tiba di Pelabuhan Cirebon dari Surabaya, telah mengakibatkan meninggalnya Gubernur Jenderal di Pelabuhan Cirebon dan tiga orang Eropa pada 6 Mei 1902 akibat kolera.  

Ketiga orang pasien tersebut ditenggelamkan ke laut dengan jarak 12 mil dari daratan. Kapal Zeeland mengikuti ketentuan DVG dengan mengibarkan bendera kuning dan tidak mendarat selama 50 jam saat masa inkubasi penyakit.Masyarakat di Batavia dan Cirebon menyebut penyakit kolera sebagai penyakit "rongga perut yang buruk".

Selain disebarkan melalui kontak dagang, wabah ini juga disebarkan melalui lingkungan yaitu daratan. Mayat penderita kolera yang dibawa oleh kapal dan dibiarkan di darat dalam waktu lama dapat menyebabkan bakteri kolera menyebar di darat.

 Hal ini dibenarkan oleh wartawan Het nieuws van den dag voor Nederlansch Indie. Pada tahun 1909, surat kabar ini memberitakan proses persebaran penyakit kolera, tifus, dan malaria yang terjadi saat aktivitas bongkar muat barang dagangan di pelabuhan Cirebon. 

Kematian awak kapal Linden milik perusahaan kapal Jerman-Australia di tahun 1909, telah menyebabkan penyebaran wabah penyakit kolera secara cepat di lingkungan daratan. 

Hal ini disebabkan karena para kuli yang sakit perut dan meninggal di kapal dan tidak dibuang ke laut, tetapi diturunkan di pelabuhan telah membuat baksil kolera menyebar di lingkungan pelabuhan.

Penyebab persebaran wabah selanjutnya adalah perilaku manusia. Manusia yang dikategorikan sebagai faktor penular utama sangat berperan dalam proses penularan wabah penyakit. 

Kebijakan yang mengatur permasalahan sehat-sakit termasuk dalam perilaku manusia. Dalam hal ini, perilaku manusia termasuk tindakan para tenaga medis, pejabat pemerintah, para pekerja, dan golongan masyarakat lainnya. 

 Referensi: Emalia, Imas. 2020. Wabah Penyakit dan Penanganannya di Cirebon 1906-1940. Yogyakarta: Ombak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline