Lihat ke Halaman Asli

Derita Wanita di Tengah Kudeta

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada sebuah puisi yang ditulis oleh seorang wanita Mesir bernama A'isyah (Aaesha) dalam sebuah akun Facebooknya. Sebuah puisi atau ungkapan keprihatinan dan keteguhan. Sebagai salah satu rakyat yang hidup di negerinya, mereka tidak hanya mendapat cerita tapi juga mengalami tahun-tahun penuh penderitaan dibawah rezim militer. Dan baru setahun terakhir mereka menikmati kebebasan demokrasi. Sekarang kebebasan itu dirampas karena perselingkuhan antara Amerika-Militer Mesir-Orang yang ambisius.

Perhatikanlah bait2 senandung yang demikian menggugah hati perasaan kita:

“Kalian menggrebek kantor-kantor kami dan membakarnya. Lalu kalian katakan bahwa kamilah orang-orang yang suka provokasi dan anarkis.

Kalian memasuki rumah-rumah kami tanpa ijin, lalu kalian katakan bahwa kalian adalah pelindung-pelindung kami.

Kalian membunuhi para demonstran damai, lalu kalian katakan bahwa kami adalah para pembunuh.

Kalian merampas ayah-ayah kami, lau kalian katakan kalian adalah para pelindung kami.

Kalian memobilisasi tentara, polisi, dan para preman, dengan memakai pakaian sipil, lalu kalian katakan bahwa kalian adalah mayoritas.

Kalian bermanuver dengan pesawat-pesawat perang di atas kami, seakan kami adalah musuh negara yang kalian perangi.

Kalian merampas kehendak dan pilihan kami, lalu kalian bersikap seperti orang yang mencintai kami. Padahal hati-hati kalian penuh dengan kebencian dan pengkhianatan. Karena kalian adalah tukang jagal dan penipu…

Tapi demikian, kami tidak mungkin akan menyerang dan tertipu lagi.. walaupun kalian membunuhi kami semua.. kami tetap akan teguh di jalan ini.. terus.. hingga kami akan bertemu dengan Rabb kami melaporkan kalian di sana.. Dengan ijin Allah, kami akan mengalahkan kalian.. sebentar lagi.”

Betapa menderitanya…..

Betapa tegarnya…………

Yang dilawan adalah rezim represif militer dengan dukungan dana Amerika. Mereka menembaki orang shalat shubuh, orang sedang beribadah. Ratusan orang luka berat. Puluhan orang nyawanya terbang ke sorga.

Mereka, militer dan polisi mesir bilang itu bentrokan. Ya, bentrokan antara kepala korban dengan peluru yang dimuntahkan dari senjata2 itu.

Apakah tipuan tentara dan polisi berpakaian sipil bisa menipu rakyat mesir ? bisa menipu dunia ? bisa menipu kita ?

Memang awalnya bisa jadi ada yang mau menerima bayaran itu.

Dan awalnya ada saja manusia yang tidak tahu apa sebenarnya dibalik peristiwa itu.

Tapi sekarang, ketika para tentara dan polisi kembali berseragam. Para manusia yang tertipu kembali sadar. Ketika para preman bayaran mulai tergetar nuraninya atau bisa jadi ketakutan. Maka demonstran di Tahrir bisa dihitung, tidak sampai 100 ribu, tidak sampai 50 ribu.

Walaupun TV masih menggunakan gambar-gambar lama, tapi apakah rakyat mesir tertipu ?

Wahai kalian, militer dan polisi perampas hak kedaulatan rakyat. Peluru dan tank serta pesawat kalian tidak akan mampu menghancurkan kekuatan rakyat. Kalau seluruh rakyat sudah kalian bantai, siapa yang kalian jadikan rakyat ?

Apa yang kalian lakukan hanya menambah semangat untuk terus memperjuangkan yang kami yakini.

Sekali-kali keyakinan kami tidak akan luntur karena peluru yang menembus dada.

Lakukan yang kalian sukai, kami akan tetap bertahan kepada tuntutan kami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline