Lihat ke Halaman Asli

Hati-Hati, Beban Tanggung Jawab Influencer Agama di Era Digital Sangat Berat

Diperbarui: 12 Desember 2024   07:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dakwah - jalandamai.org

Perkembangan teknologi digital telah mengubah lanskap dakwah secara signifikan. Jika dahulu seorang pendakwah cukup menyampaikan pesan-pesan agama di atas mimbar, kini ia harus siap menjadi sorotan publik 24 jam. Dengan mudahnya akses informasi dan maraknya media sosial, seorang pendakwah yang populer secara otomatis menjadi seorang influencer.

Setiap kata yang diucapkan, setiap tindakan yang dilakukan, bahkan setiap unggahan di media sosial, akan menjadi konsumsi publik. Ini adalah konsekuensi logis dari popularitas yang diraih. Namun, di balik popularitas itu tersimpan tanggung jawab yang besar. Seorang influencer agama tidak hanya menjadi panutan bagi para pengikutnya, tetapi juga menjadi representasi dari agama yang dianutnya.

Sebagai seorang publik figur, seorang influencer agama dituntut untuk selalu tampil sempurna. Setiap kesalahan sekecil apapun akan diperbesar dan menjadi bahan perbincangan. Disinilah tantangannya. Dibalik kesempurnaan yang dimunculkan, bisa jadi ada persoalan yang besar di dalamnya. Salah satunya adalah pribadi yang buruk. Influencer agama dituntut untuk selalu sempurna.

Tantangan berikutnya adalah adanya potensi informasi bisa disalahartikan. Karena dalam dunia digital yang cepat, informasi bisa dengan mudah disalahartikan atau diambil di luar konteks. Sebuah video pendek yang hanya beberapa detik bisa memicu perdebatan panjang dan kontroversi. Kutipan influencer bisa dipotong-potong, lalu disalahgunakan. Pada titik ini, juga harus diwaspadai. Karena itu pula, seorang influencer agama harus punya tutur kata yang baik.

Ancaman dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab juga bisa menghampiri. Tidak sedikit pihak yang berusaha memanfaatkan kepopuleran seorang influencer agama untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Mereka bisa saja menyebarkan hoaks atau provokasi untuk menjatuhkan reputasi seorang influencer.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, seorang influencer agama perlu memiliki kesadaran diri yang tinggi dan komitmen yang kuat terhadap agama dan umatnya. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain meningkatkan literasi digital. Memahami bagaimana media sosial bekerja dan bagaimana informasi menyebar di dunia maya.

Seorang influencer, juga harus memiliki tim yang solid. Membangun tim yang dapat membantu mengelola akun media sosial dan menanggapi komentar-komentar dari publik. Berhati-hati dalam berbicara menjadi sebuah keniscayaan. Memilih kata-kata dengan bijak dan menghindari pernyataan yang ambigu atau provokatif. Seorang influencer juga harus terbuka pada kritik. Tidak semua kritik bersifat negatif. Terbuka pada kritik yang membangun dapat membantu seorang influencer untuk terus memperbaiki diri. Dan jangan terpengaruh oleh hiruk pikuk media sosial. Tetap fokus pada pesan-pesan agama yang ingin disampaikan.

Bagi generasi muda yang ingin menjadi influencer agama, ada beberapa hal yang perlu diingat. Belajar dari kesalahan, jangan takut untuk membuat kesalahan, tetapi belajarlah dari setiap kesalahan yang dilakukan. Jaga akhlak yang baik, karena akhlak yang baik adalah modal utama bagi seorang influencer agama. Influencer agama harus bisa jadi teladan. Tunjukkan bahwa agama itu indah dan membawa kedamaian.

Ingat, menjadi influencer agama di era digital adalah sebuah amanah yang berat. Namun, dengan kesadaran dan komitmen yang tinggi, seorang influencer agama dapat menjadi sosok yang menginspirasi dan membawa perubahan positif bagi masyarakat. Mari kita dukung para influencer agama yang senantiasa berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi umat.

Dalam konteks ini, penting untuk menekankan kembali pentingnya moderasi beragama. Seorang influencer agama yang moderat adalah sosok yang mampu menghargai perbedaan, menghormati agama lain, dan menghindari sikap ekstrem. Moderasi beragama adalah kunci untuk menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline