Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, perkembangan informasi begitu pesat. Kecerdasan buatan atau AI, menjadi mainan baru yang mulai marak digemari. Hampir semua lini mulai banyak menggunakan AI. Sayangnya, AI ini tidak hanya menjadi alat penyebar teknologi, tapi juga menjadi penyebar propaganda, provokasi dan ideologi radikal. ISIS terdeteksi telah memanfaatkan AI, untuk menciptakan chatbot dan deepfake, untuk menyebarkan provokasi dan propaganda radikalisme.
Perkembangan teknologi seperti AI, semestinya bisa dimanfaatkan untuk tujuan yang lebih baik. Karena tekonologi sejatinya diciptakan untuk memudahkan aktifitas manusia, untuk mewujudkan tatanan yang lebih baik. Teknologi tidak diciptakan untuk saling menjatuhkan dan menghancurkan. Namun faktanya, karena ulah oknum tertentu, teknologi jadi disalahgunakan untuk tujuan yang tidak baik. Teknologi digunakan untuk menghasut, menyebarkan kebencian, menebar teror, hingga melakukan tindak kriminal.
Penggunaan AI oleh kelompok radikal, memang masih belum terlalu masif, tapi hal ini perlu jadi antisipasi semua pihak. Dulu orang berpikir teroris tidak akan menggunakan teknologi, tapi nyatanya mereka justru sangat familiar dan melek teknologi.
Disisi lain, negeri ini belum mempunyai keamanaan siber yan mumpuni. Akibatnya, informasi yang menyesatkan bisa berkembang begitu saja, hingga ke handphone kita masing-masing. Alhasil, jika tingkat literasinya rendah, tak jarang dari masyarakat yang menjadi korban provokasi informasi menyesatkan.
Oleh karena itulah, menjadi tugas kita bersama, untuk terus menjaga agar para generasi mud aini membekali dirinya dengan literasi. Hal ini penting dilakukan di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini. Beradaptasi dengan teknologi merupakan keniscayaan yang tak bisa dihindari, tapi mengedepankan nilai kemanusiaan dan perdamaian, merupakan hal yang tidak bisa dilupkana.
Jika kita lihat sekarang ini, provokasi kebencian begitu masif terjadi. Antar teman bisa saling menebar kebencian. Antar saudara, bisa saling menebar kebencian. Antar tetangga, juga bisa saling menebar kebencian. Lalu, dimana sikap toleransi yang selama ini ada?
Dimana sifat saling menghargai dan menghormati yang sudah ada sejak dulu? Tuhan telah menciptakan bumi dan seisinya ini penuh dengan berbagai keragaman. Sudah semestinya kita tidak mempersoalkan keberagaman yang sudah sejak dulu itu.
Teknologi, harus diarahkan untuk menciptakan tatanan kehidupan yang bisa saling menghargai dan menghormati. Mari kita lihat apa yang terjadi di negara timur tengah dan eropa. Kecanggihan teknologi justru disalahgunakan untuk perang, untuk membunuh orang, atau untuk menjajah negara lain. Teknologi harus dikembalikan ke jalan yang benar.
AI bisa digunakan untuk menghasilkan konten-konten yang mengdepankan perdamaian dan toleransi. Teknologi bisa digunakan untuk mendeteksi konten radikal di dunia maya. Teknologi juga bisa digunakan untuk menghasil konten-konten yang menyatukan. Keberagaman yang ada di Indonesia, bisa disatukan dengan narasi-narasi perdamaian. Semangat bhinneka tunggal ika harus terus digelorakan dengan kecanggihan teknologi. Salam toleransi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H