Lihat ke Halaman Asli

Mari Saling Menghargai di Tahun Politik, Stop Hate Speech

Diperbarui: 20 Januari 2024   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta Damai - jalandamai.org

2024 menjadi tahun yang penting bagi masyarakat Indonesia. Tahun ini merupakan tahun politik, dimana akan terjadi pesta demokrasi, untuk menentukan presiden dan wakil presiden, serta anggota legislative yang di DPR. Namanya pesta demokrasi, tentu saja harapannya semuanya bisa melewati tahun politik ini penuh dengan suka cita.

Dinamika pemilu 2024 ini memang cukup kencang. Di akhir 2023 lalu, Keputusan MK yang berbuah dicalonkannya Gibran, membuat polemik disana-sini. Namun, paslon lain juga banyak perbincangan miring di kalangan netizen. Hal inilahyang kemudian berujung semakin maraknya narasi kebencian di media sosial. Narasi yang dimunculkan cenderung menjatuhkan, menjelekkan, bahkan menebar provokasi untuk menjatuhkan pasangan calon tertentu.

Hal semacam ini semestinya tidak perlu terjadi. Karena kita semua pernah punya pengalaman buruk terkait hal ini. Setiap pemilu terjadi, antar sesama justru sibuk saling mencari kebenaran, saling mencari kejelekan, tanpa melakukan cek ricek terlebih dahulu. Kondisi ini semakin runyam karena tingkat literasi masyarakat berbeda-beda.

Disinilah pentingnya pendidikan politik dari partai dan elit politik. Peranan para tokoh masyarakat dan tokoh agama juga penting, untuk memberikan pemahaman yang obyektif. Kenapa hal ini penting? Karena tidak menutup kemungkinan para oknum ini menggunakan politik identitas. Ketika hal ini menguat, maka akan memancing kelompok radikal masif di media sosial.

Seperti tahu, saat ini tidak sedikit dari para tokoh masyarakat dan tokoh agama, juga menentukan pilihan politik. Tidak sedikit dari mereka juga menjadi juru kampanye pasangan calon tertentu. Hal ini tentu membuat sebagian masyarakat bingung, harus mengikuti siapa. Terlebih jika ditambahkan dengan narasi yang menyesatkan, semakin membuat masyarakat bingung.

Karena itulah, mari meluruskan ke jalan yang benar. Pemilu bukanlah menjadi ajang untuk mencari siapa yang benar dan salah. Pemilu merupakan ajang untuk mencari pemimpin yang tepat. 

Pemimpin yang mengerti tentang persoalan Indonesia. Pemilu harus menjadi ajang untuk menguji para pasangan calon, agar kita semua tidak salah pilih.

Namun pada prakteknya, narasi kebencian itu tetap ada. Bahkan dalam debat beberapa waktu lalu, juga jelas sekali saling serang personal, bukan saling mengkritisi program. 

Pada titik ini, kata etika menjadi banyak dibicarakan. Siapa yang sebenarnya paling punya etika? Lalu seperti apa sebenarnya etika dalam berdebat?

Satu hal yang tidak perlu diperdebatkan adalah, kita semua punya nilai kearifan lokal. Toleransi merupakan salah satu karakter kita sebagai bangsa Indonesia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline