Lihat ke Halaman Asli

Menanamkan Kerukunan Menuju Indonesia Emas

Diperbarui: 30 Juli 2023   07:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bhinneka Tunggal Ika - jalandamai.org 

Pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif (15-64 tahun), sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak produktif (usia dibawah 14 tahun dan diatas 65 tahun).

Menuju Indonesia emas sudah seharusnya diawali dengan mempersiapkan bibit-bibit uggul generasi saat ini. Anak-anak kecil maupun yang lahir mulai tahun 2020 sudah berada di sekeliling kita. Merekalah yang akan memimpin bangsa ini di tahun 2045 kelak. Di tangan mereka yang masih bayi dan anak-anak sekarang inilah, masa depan dan nasib bangsa ini dipertaruhkan.

Betul memang, Indonesia 2045 masih 22 tahun lagi. Namun saat ini saja Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia dengan angkatan kerja sebesar 146,6 juta. Oleh karena itu kita semua memiliki tanggung jawab untuk memaksimalkan peranan kita dalam menghalau segala rintangan dan tantangan dalam upaya mencetak pemimpin-pemimpin masa depan. Jangan sampai puncak bonus demografi yang terjadi hanya satu kali dalam sejarah peradaban suatu negara hanya akan menjadi dampak buruk masalah sosial.

Mencetak generasi muda sebagai pemimpin masa depan sudah pasti harus menanamkan kebhinnekaan Indonesia itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sudah membersamai perjalanan bangsa ini selama 13 tahun untuk menjaga kerukunan hidup bangsa dan negara ini agar terciptanya persatuan dan kesatuan yang akan menjadi tempat tumbuh yang kondusif bagi generasi mendatang. BNPT bekerjasama dan berkolaborasi dengan banyak pihak berupaya menjaga akal sehat dan kewarasan generasi bangsa ini dari ancaman manifest dan laten yaitu bibit intoleransi dan radikalisme yang mengarah pada aksi terorisme.

Ancaman tersebut tidak bisa diabaikan karena penyebaran paham terorisme seperti intoleransi dapat menyasar siapa saja, terlebih generasi milenial, mereka rentan terpapar radikalisme lantaran cenderung tidak berpikir kiritis. Menurut survei BNPT sebanyak 80 persen generasi milenial yang terpapar karena menelan mentah-mentah informasi tanpa memahaminya. Hal tersebut tentu saja akan kontraproduktif terhadap upaya pemerintah menciptakan generasi emas pada 2045.

Dibalik era kecanggihan teknologi saat ini dimana setiap orang terutama generasi milenial sangat mudah untuk mengakses informasi melalui internet tersimpan resiko yang begitu besar akan kemungkinan terpapar konten radikalisme yang sudah bertransformasi dalam format yang produktif, atraktif, dan menggoda.

Organisasi teror akan selalu mencari jalan untuk menyebarkan paham-paham mereka dengan berbagai cara yang juga selalu update. Untuk itulah BNPT sebagai garda terdepan dalam penanggulangan terorisme tetaplah berkomitmen untuk melakukan pencegahan, penindakan, dan juga deradikalisasi untuk menyadarkan kita semua bahwa keutuhan NKRI selalu menjadi yang utama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline