Beberapa waktu lalu, Indonesia kembali berduka karena terjadi gemba di Cianjur, Jawa Barat. Akibat gempa tersebut, ratusan orang meninggal. Dan satu per satu bantuan berdatangan ke Cianjur, untuk membantu korban gempa. Menolong merupakan hal yang biasa dalam budaya masyarakta Indonesia.
Gotong royong merupakan tradisi yang sudah ada sejak dulu, pada diri masyarakat Indonesia. Begitu juga dengan gempa yang terjadi di Cianjur. Masyarakat langsung tergerak memberikan pertolongan kepada korban gempa.
Pertolongan itupun juga tidak bisa dikendalikan. Bisa datang dari siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Keinginan orang untuk membantu, tidak bisa ditentukan dari latar belakang. Meski Cianjur berada di wilayah Jawa Barat, bukan berarti hanya masyarakat Jawa Barat saja yang membantu.
Nyatanya bantuan dari mana saja. Bantuan tersebut juga tidak hanya ditujukan kepada kelompok tertentu saja. Sepanjang menjadi korban, apapun latar belakangnya dan agamanya, juga berhak untuk mendapatkan bantuan.
Karena itulah, jika ada yang mencoba menyebarkan hoaks atas nama agama di tempat bencana, sungguh sangat disayangkan. Karena praktek semacam ini mulai sering bermunculan, disaat terjadi bencana. Sebut saja adanya isu kristenisasi di lokasi kejadian gempa, setelah ditemukan tanda gereja di lokasi pengungsian.
Pertanyaannya, apa yang salah jika ada umat agama tertentu memberikan bantuan ke korban gempa? Kenapa umat beragama lain merasa sensi atau mempersoalkan hal tersebut? Bukankah Tuhan menciptakan manusia di bumi ini untuk berlomba berbuat kebaikan?
Sungguh sangat disayangkan, sentimen SARA masih saja diselipkan di lokasi bencana. Di Cianjur, muncul peristiwa pencopotan label gereja di tenda pengungsian. Padahal tenda tersebut berisi bahan bantuan untuk para korban. Polisi terus melakukan penyelidikan terkait hal tersebut. Masyarakat korban gempa harus bisa menerapkan toleransi antar umat beragama. Ingat, manusia tidak punya kemampuan untuk hidup sendiri. Jika ada gereja memberikan bantuan, apa salahnya?
Mari kita berpikir secara universal. Ingat, kita adalah masyarakat Indonesia dengan karakter masyarakatnya yang sangat majemuk. Saling berbeda pada dasarnya merupakan hal yang sudah ada sejak dulu, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka.
Jauh sebelum Islam masuk ke tanah Jawa, Indonesia sudah beragam. Tidak hanya adat istiadatnya, aliran kepercayaannya pun juga sudah berbeda. Wajar jika kita pada dasarnya sudah toleran, saling menghargai dan tolong menolong antar sesama sejak dulu.
Jika dulu kita bisa saling membantu tanpa mempersoalkan latar belakangnya, kenapa saat ini tidak bisa. Jika kita bisa saling merangkul sejak dulu, kenapa sekarang ini justru terkesan saling memukul? Ingat, bencana merupakan ujian yang diberikan Tuhan kepada kita semua. Bencana merupakan momentum untuk saling membantu antar sesama, bukan momentum untuk saling menceraiberaikan. Menerima bantuan orang lain tidak berdosa.