Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Literasi di Tengah Masifnya Provokasi Pandemi

Diperbarui: 29 Juli 2021   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Literasi - merdeka.com

Entah apa yang salah di sebagian masyarakat kita. Di saat pandemi covid-19 masih meraja lele, di saat angka kasus positif masih diatas 40 ribu kasus per harinya, di saat rumah sakit masih kebingungan menampung pasien covid yang terus membeludak, di saat masyarakat yang kebingungan karena perusahaannya tutuk akibat covid-19, kenapa masih saja ada oknum-oknum yang secara sengaja menebar provokasi di masa pandemi ini. Kenapa?

Sifat dasar manusia memang ada yang positif dan negatif. Ketika sisi negatif itu mendominasi dan tidak bisa dikontrol, tentu persoalan akan muncul. Tentu potensi konflik diantara masyarakat akan bisa terjadi. Tentu akan ada kebingungan di tengah masyarakat. Dan mungkin muncul dampak-dampak negatif lainnya. Pada titik inilah sebenernya esensi dari jihad. Jihad yang sesungguhnya adalah mengendalikan hawa nafsu. Ketika kita bisa mengendalikan nafsu untuk menebar provokasi, ketika bisa mengendalikan emosi dan amarah, sebenarnya kita sudah melakukan jihad.

Lalu, kenapa literasi penting di masa-masa seperti sekarang ini? Karena informasi yang berkembang belakangan ini seringkali menyesatkan, tidak sesuai fakta alias berbohong. Tidak hanya itu, informasi yang muncul seringkali juga disusupi sentimen kebencian untuk tokoh tertentu atau pemerintah. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah selalu dianggap salah. Apa yang dilakukan tokoh tertentu selalu dianggap salah. Mind set nya selalu salah, salah dan salah. Tidak pernah dibalik, ketika salah apa yang harus diluruskan. Ketika salah apa yang harus dibenarkan. Sehingga kita bisa saling melengkapi satu dengan lainnya.

Ingat, pandemi butuh komitmen semua pihak. Pandemi tidak akan hilang begitu saja. Karena dampak yang muncul akibat pandemi ini terus bermunculan. Termasuk salah satunya adalah munculnya narasi provokatif di media sosial. Banyak orang yang sudah kusut, akhirnya logikanya tidak digunakan. Pemerintah dianggap gagal, bahkan beberapa hari belakang muncul provokasi untuk melakukan unjuk rasa menurunkan presiden Joko Widodo.

Narasai-narasi provokatif ini akan sangat disayangkan, jika selalu dimunculkan dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini. Tidak hanya provokasi yang bersifat politis, dalam konteks kesehatan pun juga muncul narasi provokatif. Vaksinasi yang dianggap tidak ada gunanya, ppkm hanya menguntungkan pihak asing dan pengusaha, dan masih banyak provokasi model lain. Semuanya itu tentu bisa memberikan dampak buruk jika literasinya lemah. Namun provokasi itu tidak akan ada gunanya, jika literasinya kuat.

Karena itulah memperkuat literasi menjadi keniscayaan. Memperkuat literasi menjadi hal penting di era yang dipenuhi kemajuan teknologi dan informasi. Dengan literasi, kita bisa memilah dan mengetahui mana informasi yang benar mana yang tidak. Sehingga kita juga bisa menentukan sikap, apakah akan mempercayai informasi tersebut atau tidak. Dan harapannya, kita juga bisa aktif meredam atau menyebarkan informasi yang inspiratif dan menyejukkan, agar provokasi itu tidak berujung pada aksi kekerasan.

Sekali lagi, mari saling mencerdaskan, saling mengingatkan, saling menguatkan dan tidak saling melemahkan. Mari kita jaga optimisme agar kita semua bisa melewati masa pandemi covid-19 ini dengan baik. Jika di masa pandemi  ini kita semua masih sibuk meributkan hal yang tak perlu, pelan namun pasti negeri ini akan hancur karena kebodohan kita sendiri yang tidak bisa melihat peluang positif di masa pandemi ini. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline