Lihat ke Halaman Asli

Ramadan dan Tantangan Mengendalikan Penyebaran Hoaks

Diperbarui: 16 April 2021   23:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta Damai di Dunia Maya - jalandamai.org

Selama bulan Ramadan ini, semua umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak perbuatan baik. Tidak hanya itu, juga dianjurkan untuk introspeksi, mengakui segala kesalahan, agar setelah satu bulan puasa, tidak lagi mengulangi segala kesalahan yang telah dilakukan sebelumnya. Ya, Ramadan ibarat sekolah yang mendidik kita untuk menjadi pribadi yang bisa mengendalikan hawa nafsu. Dan mengendalikan hawa nafsu itulah merupakan jihad yang sesungguhnya.

Jika kita melihat apa yang terjadi belakangan ini, penyebaran hoaks seakan begitu massif tanpa kendali. Sudah ada undang-undang yang mengatur tentang sanksi bagi yang sengaja menyebarkan hoaks dan provokasi. Tapi nyatanya, masih saja ada pihak-pihak yang secara sengaja tetap menyebarkan. Terkadang kita merasa aneh sendiri. Apa gunanya menyebar kebohongan? Bukankah berkata bohong itu dilarang? Ajaran agama, adat istiadat, ataupun nilai-nilai sosial lainnya melarang berkata bohong.

Tidak hanya Indonesia, penyebaran hoaks juga begitu massif di luar negeri. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari kemajuan teknologi. Begitu mudahnya orang mengakses dan menyebarkan informasi, tanpa disadari telah membuat budaya cek ricek kita berkurang. Begitu mudahnya kita percaya dengan informasi yang berkembang. Begitu mudahnya kita percaya dengan apa yang dikatakan tokoh tertentu. Padahal, tidak menutup kemungkinan ucapan tokoh tersebut tidak benar. Disinilah pentingnya cek ricek. Jangan mudah sharing informasi tanpa melakukan saring dulu.

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh kementerian komunikasi dan informasi (kominfo), 68,4 persen dari 670 responden di 34 provinsi menyatakan pernah menyebar informasi tanpa mengecek dulu kebenarannya. Disisi lain, terdapat 56,1 persen yang tidak mampu membedakan mana hoaks mana tidak. Tidak hanya itu, survey katadata insight center (KIC) dengan Kominfo pada 2020 menemukan sekitar 60 persen orang Indonesia terpapar hoaks. 30 sampai 60 persen terpapar Ketika mengakses dan berkomunikasi melalui dunia maya. Dan hanya 21 sampai 36 saja yang mampu mengenali hoaks.

Di bulan Ramadan ini, mari kita jadikan momentum untuk menguatkan komitmen dalam perlawanan terhadap hoaks alias berita bohong ini. Tidak hanya lidah yang harus dijaga, jari tangan juga harus dikendalikan dalam menulis status tau konten lain, agar tidak saling menebar kejelekan dan kebencian. Sekali lagi, mari saling mengendalikan diri, saling menahan hawa nafsu di channel kita masing-masing. Rasulullah SAW pernah mengingatkan, "Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta akan menggelisahkan jiwa." (HR. Tirmidzi dan Ahmad).

Sebagai umat muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan ini, bisa kita jadikan momentum untuk menebar informasi yang bisa memberikan manfaat baik. Jangan lagi mencari kejelekan atau kesalahan orang lain. Lihatlah kebaikan apa yang telah kalian lakukan di hari ini? Mari jadikan Ramadan sebagai bulan penuh berkah dan bulan penuh kebaikan. Dan salah satu kebaikan yang perlu kita terus munculkan adalah menebar pesan-pesan damai, yang bisa memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline