Lihat ke Halaman Asli

Aksi Bom Bunuh Diri dan Matinya Kemanusiaan

Diperbarui: 2 April 2021   16:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Damai Itu Indah - tribunnews.com

 Lagi, jelang Ramadan aksi bom bunuh diri kembali terjadi di negeri ini. Minggu, 28 Maret 2021, sekitar pukul 10.20 WITA, aksi bom bunuh diri terjadi di depan gereja Katedral Makassar. Ironisnya, pelaku merupakan pasangan suami istri yang baru 6 bulan menikah. Mereka adalah bagian dari jaringan jamaah anshorut daulah (JAD). Tak lama setelah kejadian, polisi menangkapi terduga teroris di Condet dan Bekasi. Beberapa hari kemudian, muncul aksi lone wolf seorang wanita, yang masuk ke Mabes Polri dengan senjata pistol. Perempuan yang terpapar paham radikalisme di dunia maya ini, akhirnya ditembak petugas.

Aksi teror jelang Ramadan ini, polanya tidak jauh berbeda dengan aksi napi terorisme di Mako Brimob beberapa tahun lalu. Tak lama setelah kejadian tersebut, muncul aksi-aksi teror susulan di berbagai daerah. Puncaknya adalah ledakan bom di beberapa gereja di Surabaya, yang dilakukan oleh satu keluarga. Aksi menyesatkan ini, nyatanya masih terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa bibit radikalisme dan terorisme ada dan terus berkembang menyesuaikan perkembangan zaman, dan pada saatnya akan muncul ke masyarakat untuk menunjukkan eksistensinya.

Aksi teror ini jelas tidak mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan. Nyawa seperti tidak ada harganya. Ideologi sesat telah menghilangkan logika yang telah diberika Tuhan kepada kita semua. Tidak menutup kemungkinan, setelah penyerangan di Mabes Polri, akan kembali bermunculan aksi-aksi serupa. Lalu, sebagai masyarakat awam, apa yang harus kita lakukan? Semua pihak tidak boleh terprovokasi dan perkuat literasi. Karena setelah kejadian di dunia nyata, tidak lama kemudian akan muncul penggiringan opini di dunia maya, yang bisa mengaburkan peristiwanya. Tindakan yang melanggar kemanusiaan, seakan dianggap menjadi hal yang lumrah, karena diimingi janji surga. Pandangan ini jelas salah dan harus diluruskan.

Ingat, ajaran agama apapun tidak ada yang menganjurkan untuk bunuh diri, menyaikit orang lain, apalagi menghilangkan nyawa. Aturah hukum manapun jelas-jelas pasti melarang aksi terorisme. Karena aksi tersebut merupakan tindakan kejahatan kemanusiaan. Tak heran semua negara di dunia ini berkomitmen untuk terus menyatakan perang terhadap aksi terorisme.

Mari kita siapkan diri untuk menghadapi bulan suci Ramadan, dengan banyak beribadah, melakukan perbuatan baik, dan saling menghargai antar sesama. Jelang Ramadan jangan sampai terprovokasi oleh paham-paham menyesatkan, sampai akhirnya masih dalam perangkap aksi bom bunuh diri. Setelah melakukan bom bunuh diri dan meninggal, apakah ada jaminan akan masuk surga? Sementara aksi tersebut telah membuat banyak orang luka, bahkan bisa membuat orang tidak bersalah juga menjadi korban? Sekali lagi, mari kita berpikir logis, jangan mudah terprovokasi oleh pesan yang menyesatkan.

Logika dan kemanusiaan tidak boleh hilang dalam menghadapi radikalisme dan terorisme. Dengan tetap menjaga kewarasan, nilai-nilai kemanusiaan tidak akan hilang. Jika kita tidak ingin merasakan sakit, maka janganlah menyakiti orang lain. Jika kita tidak ingin menjadi korban terorisme, maka jauhilah segala hal-hal yang berhubungan dengan bibit radikalisme dan terorisme. Jika kita ingin bisa menciptakan tatanan kehidupan yang aman, toleran, dan tenang, maka mari kita saling menghargai satu dengan lainnya. Karena kita tinggal Indonesia, maka menjadi pribadi yang toleran dan mengedepankan kemanusiaan menjadi keniscayaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline