Lihat ke Halaman Asli

Jangan Lupa, Terus Gelorakan Perang Melawan Radikalisme

Diperbarui: 4 September 2020   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lawan Radikalisme - jalandamai.org

Saat ini seluruh dunia sedang gencar menggelorakan untuk melawan virus covid-19. Virus yang menyerang hampir seluruh dunia ini, telah membuat jutaan orang meninggal dunia. Pandemi ini juga banyak membuat puluhan negara masuk ke dalam jurang resesi. Di Indonesia sendiri, ratusan ribu manusia menjadi korban. Perekonomian kuartal pertama terkontraksi minus 5,32 persen. Di kuartal tiga diperkirakan juga masih minus. Ini artinya, jurang resesi pun juga telah menghantui Indonesia. Dalam kondisi inilah, gelora untuk terus melawan covid-19 ini harus ditingkatkan.

Tidak hanya perang melawan covid-19, perang yang sudah digelorakan sejak lama dan harus terus digelorakan adalah perang melawan radikalisme. Bibit intoleran ini nyatanya terus disusupkan oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab dalam kondisi apapun. Di masa pandemi ini pun, ketika banyak orang harus berjuang melawan penyebaran virus, masih saja ada pihak-pihak yang menyusupkan penyebaran bibit radikalisme melalui cara apapun.

Yang terbaru, munculnya film sejarah khilafah di Indonesia (SKDN), yang berujung pada aksi pemblokiran film tersebut di dunia maya. Kemunculan film tersebut diduga tidak bisa dilepaskan dari kelompok HTI, sebuah organisasi yang telah dibubarkan oleh pemerintah karena dianggap bertentangan dengan dasar negara. Organisasi tersebut seringkali mempropagandakan konsep khilafah yang keliru. Pancasila dianggap sesat, dan harus diganti sistem khilafah, yang diterapkan oleh kelompok ISIS. Sementara negara-negara di Timur Tengah sendiri, tidak pernah menerapkan sistem yang salah tersebut.

Selain covid-19, perang melawan radikalisme juga menjadi isu penting bagi kita. Kenapa penting? Karena radikalisme telah menyusup menyesuaikan perkembangan zaman. Ujaran kebencian merupakan bagian dari radikalisme yang kadarnya rendah. Jika kita memelihara bibit kebencian, kita akan mudah terpapar intoleransi. Dan ketika intoleransi sudah masuk dalam pikiran, segala ucapan dan perbuatan kita pun akan lebih condong intoleran. Pada titik inilah radikalisme akan mudah masuk dan mengendalikan. Ketika radalisme telah menguasa pola pikir, akan semakin mendekatkan pada perilaku teror.

Masuknya radikalisme melalui film ini hanyalah salah satu contoh saja. Masih banyak pola-pola baru yang mereka gunakan, untuk bisa memprovokasi kita. Di masa pandemi ini saja, tidak sedikit dari masyarakat yang terus aktif menyuarakan khilafah. Pemerintah dianggap tidak mampu mengatasi covid. Pemerintah dianggap hanya mencari untung sendiri, dan segala macamnya. Anehnya, solusi untuk mengatasi persoalan covid ini, selalu saja khilafah. Apapaun persoalannya, solusi yang ditawarkan kelompok ini selalau khilafah. Padahal, Pancasila jauh lebih bermanfaat bagi negeri ini ini.

Mari terus meningkatkan kewaspadaan. Disamping tetap harus mengedepankan protokol kesehatan, kita juga harus tetap mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal yang diajarkan pada pendahulu. Mari tetap sebarkan nilai-nilai persatuan, perdamaian dan kesejukan, agar kita tetap bisa berdampingan dalam keragaman. Salam persatuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline