Lihat ke Halaman Asli

Ulama Tak Dapat Diganti

Diperbarui: 13 Desember 2018   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

santrigusdur.com

Semesta ini diperlengkapi Allah dengan berbagai hal agar kita bisa bersujud kepadaNYA. Ada beberapa yang dinugerahkan kepada kita yaitu keluarga, teman, handaitaulan, guru dan  masyarakat yang berada di sekitar kita.

Kepada mereka kita harus selalu bersikap baik dan menghargai. Seperti halnya orang tua  dan guru serta orang yang lebih senior. Seringkali mereka memberi kita bimbingan meski dengan cara berbeda-beda. Orangtua mungkin mengajar kita dengan lemah lembut dan penuh kasih saya. Guru mngkin dengan lebih tegas karena bertugas mendidik

Diantara mereka mungkin kita dapati ulama yang menjadi guru kita. Bagaimana dengan mereka ?

Dalam sabdanya Rasulllah SAW pernah memberi ilustrasi bahwa ulama itu seperti lampu-lampu bumi. Jika lamp berarti disekitarnya kemungkinan gelap sehingga diperlukan lampu. Ini lebih kurang berarti bahwa ulama itu menerangi kehidupan umat dari kegelapan. Menerangi ini bisa dikatagorikan menuntun. Terang yang akan menuntun langkah kita agar tidak tersesat di jalan.

Ulama dikenal sebagai pewaris para nabi. Karena itu dia bertugas ntuk melanjutkan dakwah dan melakukan 'amar ma'ruf nahi munkar'. Tugas mereka juga untuk menjaga dan menyampaikan ilmu kepada umat, agar senantiasa memiliki akhlak yang mulia.

Begitu dalam dan beratnya tugas ulama yang notabene adalah guru. Bahwa Rasulullah memberi perhatian khusus dan mengilustrasikan dengan sangat baik soal ulama itu.

Lebih jauh lagi Sayyidina Ali pernah mengatakan bahwa pahala ulama itu lebih besar daripada pahala orang yang sedang puasa di siang hari. Juga lebih besar dari shalat sepanjang malam. Serta berperang dalam perang suci karena Allah. Karena itu ulama sangat berharga di mata Allah.

Coba saja sesekali kita ke pondok pesantren di Yogyakarta atau di Jakarta barat atau di wilayah Pantura. Anda bisa melihat bagaiama hubungan para santri itu dengan guru yang merupakan ulama itu. Mereka sangat hormat. Mencium tangan dan hormat takzim kepada mereka.

Semua santri memandang bahwa ulama yang membimbing mereka di pondok itu adalah wakil dari orangtua, sekaligus perpanjangan dari Allah sendiri. Karena ulama pada dasarnya mempersembahkan hidupnya untuk Allah.

Akhir-akhir ini kita sering mendengar bahwa ada beberapa orang yang bersikap tak layak kepada ulama. Dengan celetukan-celetukan, dengan hardikan-hardikan dan kata yang tak pantas. Mungkin kita harus bisa merevisi sikap-sikap itu. Atau paling tidak tidak bersikap seperti mereka.

Karena itu sebagai awam, kita harus menghargai mereka, karena mereka dekat dan memuliakan Allah. Allah juga mengistimewakan mereka. Karena itu tak sepantasnya kita berlaku tak pantas kepada ulama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline