Hampir semua orang yang hidup di dunia ini, pasti ingin merasakan kedamaian. Sayangnya, kedamaian itu tidak bisa datang sendiri. Kedamaian itu harus diciptakan dan tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Kedamaian hanya akan tercipta jika semua bersatu padu untuk mewujudkannya. Sebaliknya, jika antar sesama saling membenci, saling mencaci, bahkan saling melakukan tindak kekerasan, niscaya kedamaian itu akan sulit terwujud. Kenapa? Karena masih ada amarah dalam setiap diri manusia.
Dan amarah itulah yang kemudian menghantarkan pada perilau dan ucapan yang berpotensi memecah belah. Toleransi dan kerukunan yang selama ini tercipta, berpotensi terganggu jika semua perilaku dan upacaya masyarakatnya berubah menjadi intoleran.
Hilangkan setiap amarah dalam diri. Hilangkan permusuhan yang masih mengganjal. Belajarlah untuk saling memaafkan antar sesama. Meminta maaf dan memaafkan merupakan hal yang lumrah. Dengan meminta maaf maka kita akan melepaskan segala bibit amarah. Ingat, sudah semestinya jika kita melakukan kesalahan, maka harus berani meminta maaf.
Begitu juga dengan pihak yang menjadi korban, juga harus ikhlas memberikan maaf. Karena memelihara dengki dan dendam, justru akan membuat hidup ini tersiksa. Tidak hanya pada diri sendiri, tapi juga dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat.
Jika kita seorang muslim, belajarlah dari apa yang telah ditunjukkan Rasulullah SAW, yang tak pernah memelihara dendam. Bahkan sama orang-orang yang membencinya sekalipun, Rasulullah SAW selalu mendoakan agar tidak memusuhinya. Nabi juga selalu memberikan maaf bagi orang-orang yang meminta maaf. Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah mau dan mampu mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW? Jika belum, saatnya melakukan dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita sebarkan virus saling memaafkan kepada siapa saja yang meminta maaf.
Ada pelajaran yang sangat berharga, yang ditunjukkan oleh mantan napi terorisme dan korban ledakan bom. Dalam acara Satukan Negeri yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), mereka saling meminta maaf dan memberikan maaf antar sesama.
Para mantan napi terorisme mengakui telah melakukan kesalahan dan berkomitmen untuk tidak lagi melakukan. Sementara korban juga telah berusaha menghilangkan dendam yang selama ini disimpan. Mereka sadar tidak ada gunanya saling menyimpan dendam. Karena dendam justru akan memunculkan teror-teror baru dikemudian hari. Dan sekarang, para mantan napiter dan korban itu bersama-sama melawan terorisme dengan menyebarkan pesan-pesan damai.
Jika kita masih menyimpan dendam, maka segera hilangkanlah. Jika kita pernah melakukan kesalahan, segeralah meminta maaf. Dengan meminta maaf, maka akan membuat diri kita damai. Jika semua orang bisa merasakan damai dalam hatinya, maka lingkungannya pun juga akan tercipta damai. Tunggu apa lagi. Mari kita ciptakan damai di negeri toleran ini. Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman suku, bahasa, budaya dan alamnya. Sudah semestinya keragaman itu bisa hidup berdampingan, demi terciptanya kedamaian yang sesungguhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H