Lihat ke Halaman Asli

Guyub Rukunlah Agar Terbebas dari Radikalisme

Diperbarui: 4 Juli 2017   08:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gotong Royong Membangun Rumah - www.wartakita.id

Ada falsafah Jawa yang mungkin sering kita dengar, yaitu guyub rukun. Guyub berarti bersama atau kebersamaan. Sedangkan rukun bisa diartikan sebagai keselarasan, atau kondisi tanpa pertikaian. Guyub rukun itulah sejatinya Indonesia. Karena itu pula kenapa Indonesia mengenal istilah gotong royong. Segala persoalan bisa dipikul secara bersama-sama. Bayangkan, jika satu keluarga bisa menerapkan guyub rukun dan menyebar ke seluruh Indonesia, tentu akan tercipta sebuah kondisi yang didambakan semua orang. Indonesia yang penuh keberagaman, bisa hidup berdampingan dalam harmoni. Itulah sila ketiga Pancasila, persatuan Indonesia.

Sayangnya kebersamaan dalam keberagaman itu mulai diganggu. Ada sekelompok kecil orang, yang selalu menciptakan konflik baru. Dan konflik inilah yang kemudian dijadikan pembenaran untuk melakukan jihad. Jihad yang dimaksud disini adalah perang. Perang terhadap pihak-pihak dan segala hal yang dianggap berseberangan. Tak heran jika solusi yang ditawarkan kelompok radikal dan teroris adalah, kekhilafahan baru. Kondisi inilah yang diinginkan Islamic State atau yang familiar disebut ISIS.

Konsep kekhilafahan telah mengganggu kerukunan antar umat beragama yang selama ini terjalin dengan baik. Provokasi SARA sengaja dimunculkan, untuk membuat kondisi semakin tidak kondusif. Akibatnya, radikalisme yang selama ini masih pada tataran pemikiran, bisa berpotensi menjadi tindakan teror. Tindakan teror itulah, yang kemudian dikenal sebagai terorisme. Dan faktanya, terorisme telah mengancam seluruh negara di dunia ini, termasuk Indonesia. Maraknya ujaran kebencian, telah melahirkan perilaku intoleran di masyarakat. Maraknya propaganda jihad, membuat banyak orang merasa dirinya benar sendiri, dan pendapat orang lain dianggap berseberangan.

Fakta-fakta diatas itulah yang kemudian mengganggu guyub rukun yang sebelumnya menjadi tradisi masyarakat Indonesia. Mari kita lihat sejarah, hampir semua catatan sejarah di negeri ini dilakukan secara bersama-sama. Bahkan proses membebaskan Indonesia dari penjajahan pun, juga dilakukan secara bersama-sama. Hasilnya, Indonesia pun berhasil mendapatkan kemerdekaannya setelah 350 tahun dijajah. Jika guyub rukun ini tidak terjaga, dikhawatirkan akan semakin merenggangkan hubungan antar manusia.

Guyub dan rukun ini harus saling bersinergi dan berjalan beriringan. Itulah kenapa guyub rukun ini sulit terjadi di banyak daerah. Masyarakat mungkin bisa saja rukun, tapi belum tentu guyub karena tidak ada kebersamaan yang terjalin. Untuk mempertahankan guyub rukun ini, setiap orang harus mempertahankan sikap saling menghormati, saling menghargai, saling mengerti, dan saling peduli. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah saling toleransi. Jika kita semua bisa mempertahankan ini semua, tentu radikalisme dan terorisme akan sulit berkembang di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline