Lihat ke Halaman Asli

Benarkah Indonesia Kini Sepi dari Terorisme?

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14264136901122534111

[caption id="attachment_373154" align="aligncenter" width="324" caption="zazzle.co.nz"][/caption]

Aksi teror di Indonesia dapat dikatakan sepi belakangan ini, meskipun sempat muncul kontroversi hilangnya 16 WNI yang diduga hendak bergabung dengan ISIS. Dikatakan sepi karena aksi-aksi berbentuk serangan teror langsung tidak terjadi dalam kurun waktu lima tahun terakhir di negeri ini.

Meskipun begitu, jangan sampai hal ini mengendurkan kewaspdaan di tengah masyarakat, karena aksi terorisme kini telah menjelma menjadi beragam bentuk yang semakin kompleks. Beberapa isu terkini mengenai aksi terorisme, sebagaimana dikutip dari pernyataan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang sempat beberapa kali muncul di media, adalah ketidak adilan, masalah sosial, dan juga politik.

Ketidak adilan dalam hal ini adalah mengenai terciptanya kelompok masyarakat tertentu yang termarjinalkan oleh keadaan sekitarnya. Kelompok masyarakat ini umumnya merupakan kelompok masyarakat menengah ke bawah yang merasa 'dipecundangi' oleh kehidupan. Eksistensi mereka tercabut, dan mereka pun menjadi mudah terpengaruh oleh kehadiran ideologi-ideologi baru yang bisa jadi membawa pengaruh sesat seperti terorisme. Terlebih jika ideologi tersebut mendatangkan harapan bagi mereka yang termarjinalkan, maka akan dengan mudah merebut simpatinya.

Adapun mengenai masalah sosial, inti masalahnya tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada isu ketidak adilan. Malah sosial tentu berkaitan dengan masyarakat umum, di mana merupakan lahan potensial bagi berbagai ideologi untuk perang merebut simpati, termasuk terorisme. Jika ketahanan masyarakat tidak kuat, maka ideologi terorisme pun dapat Judah masuk merasuk ke dalam masyarakat. Ketahanan masyarakat sendiri merupakan bentuk kerja sama sosial di lingkup masyarakat dalam upaya penegakan keamanan dan ketertibam bersama.

Sedangkan mengenai masalah politik, terorisme juga ternyata mampu memengaruhi dan memanfaatkannya sebagai salat propaganda. Cara yang umum dilakukan oleh penggerak terorisme adalah dengan menyusup ke kelompok-kelompok tertentu, dan kemudian menggunakan nilai populis pihak terkait untuk melancarkan propagandanya ke masayarakat luas. Jika hal ini kemudian diterima secara paralel oleh hasil permasalahan sosial dan isu ketidak adilan, maka akan berisiko menyuburkan paham terorisme di negeri ini.

Beruntung pemerintah melalui BNPT banyak melakukan pendekatan dengan berbagai tokoh masyarakat, tokoh budaya, tokoh agama, serta tokoh politik untuk melakukan sinergi dalam upaya pencegahan serta pemberantasan terorisme di Indonesia. Namun hal tersebut perlu mendapat dukungan luas dari kita sebagai masyarakat Indonesia untuk bersama kawal upaya deradikalisasi terorisme di negeri ini. Semakin kuat persatuan dan kesatuan yangh kita galang, maka akan semakin kuat pula pertahanan kita dalam menghalau berkembangnya terorisme di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline