Lihat ke Halaman Asli

Siti Rukoyah

Mahasiswi Akuntansi

Aksi Turun ke Jalan sebagai Marketing Baru Pizza Hut di Tengah Pandemi Covid-19

Diperbarui: 27 Desember 2020   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : https://www.suara.com

Oleh : Elita Melani, Rini Syahril Fauziah, dan Siti Rukoyah

Semenjak adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Indonesia, beberapa restoran harus melakukan pembatasan operasional di restorannya.

Tak banyak restoran dan cafe yang menjalankan strategi marketing yang baru untuk menghadapi pandemi ini. Dampak dari pandemi Covid-19 sangatlah terasa di dunia bisnis dan ekonomi. 

Dalam waktu yang cukup singkat, pola pemasaran pun ikut berubah demi menjaga keberlangsungan perusahaan - perusahaan yang terancam mengalami kebankrutan. 

Dengan adanya pandemi Covid-19 ini, para pemasar pun harus memutar otak untuk bisa memasarkan produk atau jasa mereka kepada konsumen, sebagai strategi brand bertahan di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

Maka dari itu, para pelaku bisnis harus segera menyikapinya dengan cepat, tanggap dan tepat untuk mengubah strategi penjualan agar tidak terjadi penurunan penjualan yang signifikan saat diberlakukannya social distancing. 

Contohnya seperti yang dilakukan oleh restoran Pizza hut, mereka menyiasatinya dengan terus berinovasi dalam menerapkan strategi marketing yaitu dengan berjualan di pinggir jalan sebagai jalan alternatif supaya kegiatan operasional restorannya masih tetap berlangsung tanpa melanggar kebijakan pemerintah. 

Bagaimana dengan harga yang dijajakan di pinggir jalan? Apakah lebih murah? Ya, pizza yang dijajakan di pinggir jalan tersebut dijual dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan biasanya. Para pegawai menjajakan pizza dengan harga Rp.100.000 per 4 box. Hal tersebut dilakukan guna meningkatkan penjualan ditengah pandemi seperti saat ini. Sebagai informasi, penjualan di kuartal ketiga Pizza Hut mengalami penuruan penjualan sebesar 9,31% menjadi Rp2,665,681,778,682 dari tahun sebelumnya Rp 2,939,487,873,565.

"Mau nggak mau dia mau dapat BEP [break event point] saja. Kalau nggak dapat BEP kan rugi. Jadi dia jualan di pinggir jalan. Gitu semua sekarang buat dapat BEP. Kalau nggak gimana dia bertahan" kata Emil, seperti yang dilansir CNBC Indonesia pada Jumat (18/9/2020).

F.y.i : BEP (Break event point) atau disebut juga sebagai titik impas. BEP merupakan titik dimana jumlah pendapatan dan modal yang dikeluarkan tidak mengalami kerugian atau pun keuntungan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline