Lihat ke Halaman Asli

Desaku Hijau Dompetku Hijau

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

[caption id="attachment_139183" align="alignleft" width="224" caption="sumber : www.kabarindonesia.com"][/caption] Ibukota jakarta menjadi tempat yang sangat "seksi" untuk mencari rejeki dan perubahan kehidupan. Berbondong-bondong para penduduk pedesaan mengadu nasib disana. Dari sarjana dan yang tidak sekolah pun beradu nasib dan berdesak-desakan di Ibukota. Desa menjadi tempat kunjungan ketika hari raya besar seperti idul fitri. Pemberdayaan potensi desa seharusnya sudah mulai dilakukan untuk menumbuhkan perekonomian pedesaan dan membuat tensi urbanisasi menjadi rendah, sehingga banyak persoalan sosial akan terselesaikan. Peran serta masyarakat dan pemerintah harus bisa disinergikan, juga melibatkan peran swasta, baik untuk stimulan atau sebagai pendorong ekonomi. Kendala terbesar adalah paradigma atau cara pandang dari masyarakat itu sendiri, dalam melihat potensi apa yang bisa menjadi daya jual di desanya. Pemerintah juga harus bisa menyediakan sarana memadai seperti konektifitas jalan, ketersediaan listrik, sarana informasi dan sebagainya. Peran swasta perlu juga didorong, dengan menyediakan dana sosial yang digunakan sebagai sarana penumbuhan ekonomi, sebagai daya tarik mungkin pemerintah bisa mengurangi pajak bagi swasta yang terlibat dalam mendorong ekonomi pedesaan. [caption id="attachment_139186" align="alignright" width="300" caption="sumber : www.visitingjogja.com"][/caption] Saat ini daya tarik desa mulai dijual melalui peran dari para pekerja di industri pariwisata. Banyak muncul desa wisata dan wisata desa, yang pada akhirnya akan menumbuhkan perekonomian pedesaan dan menekan urbanisasi. Desa wisata sebutan bagi desa yang sudah menyediakan sarana untuk tinggal / stay dari pengunjung. Wisata Desa merupakan desa yang hanya  bisa dikunjungi untuk berwisata tanpa penyediaan fasilitas untuk tinggal. Potensi desa banyak yang bisa dikembangkan baik untuk sarana wisata atau industri pada umumnya, tinggal bagaimana sinergi masyarakat, pemerintah dan swasta bisa terjalin. Sinergi inilah yang menjadi kata kunci untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Sejauh yang penulis ketahui pemerintah kabupaten sebenarnya memiliki kemampaun dana yang cukup untuk bisa mengembangkan perekonomian desa, yang diperlukan adalah inovasi dan kreatifitas dalam pengembangannya. Beberapa contoh pengembangan yang dapat dilakukan misalnya untuk desa wisata :

  • Menyediakan sarana tinggal para wisatawan yang dilakukan secara tradisional di rumah-rumah penduduk.
  • Penyediakan sarana untuk berkemah (camping ground) bisa dilakukan oleh pihak masyarakat atau swasta.
  • Pemanfaatan keistimewaan desa, misalnya memandikan kerbau, membajak sawah, menanam padi, mandi di sungai dan banyak hal lain yang mencirikan suasana desa.
  • Pemanfaatan dan peningkatan Agroindustri dan Agrotourism. dan masih banyak hal yang bisa diinovasikan dan dikreasikan sesuai dengan potensi desa.

Yogyakarta sebagai kota budaya dan pendidikan, juga memiliki beberapa desa wisata dan wisata desa yang bisa dikunjungi, dengan suasana desa pantai atau desa pegunungan. Beberapa desa wisata dan wisata desa sudah mulai ditawarkan oleh agen wisata seperti : Desa Wisata

  1. DW Gabugan, Tempel Sleman. Dapat menampung 50 orang( kebun salak, memancing dan jogging )
  2. DW Garongan, Turi Sleman. Dapat menampung 50 orang (kebun salak, perikanan, pemancingan dan jogging)
  3. DW Gamplong, Moyudan Sleman. Dapat menampung 50 orang (kerajinan ATBM, anyaman gedebog pisang, lidi dan pantai Cemplon)
  4. DW Kelor, Turi Sleman. Dapat menampung 50 orang (kebun salak, memancing, dan jogging)
  5. DW Ketingan, Mlati Sleman. Dapat menampung 20 orang (gardu pandang, sarang burung Blekok dan Kuntul, pelatihan pertanian, pemancingan dan jogging)
  6. DW Sambi, Pakem Sleman. Dapat menampung 40 orang (pelatihan pertanian, kebun anggur, jogging dan pemancingan)
  7. DW Srowolan (termasuk Kadilobo, Karang Geneng) Turi Sleman. Dapat menampung 200 orang (pertanian, fedlot, kebun salak dan wisata ziarah)
  8. DW Trumpon, Tempel Sleman. Dapat menampung 150 orang. (kebun salak, hiking dan pemandangan alam)
  9. DW Tanjung, Donokerto Sleman. Dapat menampung 250 orang (pelatihan pertanian,pemancingan dan jogging)
  10. DW Tunggul Arum, Turgo lereng Merapi. Dapat menampung 30 & 20 orang (hiking, jogging, konservasi hutan, wisata ziarah dan trekking)
  11. DW Krebet, Sendang Sari Bantul. Dapat menampung 50 orang (jogging, kerajinan kayu batik dan bunga kering)
  12. DW Kebon Agung, Imogiri Bantul. Dapat menampung 150 orang (wisata air, kanoing, pemancingan, pelatihan pertanian, Gua Cerme, pembuatan gula merah, dan makam Raja – raja)

Wisata Desa

  1. Jamur, Minggir Sleman : pembibitan udang galah dan restoran udang
  2. Kinahrejo : konservasi hutan pinus, hiking, tracking
  3. Kaliurang : konservasi hutan pinus, air terjun, play ground, hiking, tracking
  4. Kemiri Kebo : pembibitan sapi dan kambing PE, susu kambing
  5. Sendari : kerajinan bambu dan bunga kering. Juga untuk Malangan, Brajan, Mlangi (anyaman mendong untuk tikar)
  6. Turgo : hiking, climbing, tracking (Bali Holiday Ultimate)

Jadi jadikan desa anda hijau, dan mulailah membuat dompet anda menjadi hijau . Go Green - Be Smart Entrepreneurship -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline